Rabu, 26 Desember 2012

Skill Educatioan: PERSFEKTIF DUNIA PENDIDIKAN

Skill Educatioan: PERSFEKTIF DUNIA PENDIDIKAN: PERSPEKTIF ANTARA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU DALAM DILEMA MEMBANGUN PENDIDIKAN             Secara awan, guru disebut sebagai s...

Skill Educatioan: PERSFEKTIF DUNIA PENDIDIKAN

Skill Educatioan: PERSFEKTIF DUNIA PENDIDIKAN: PERSPEKTIF ANTARA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU DALAM DILEMA MEMBANGUN PENDIDIKAN             Secara awan, guru disebut sebagai s...

Skill Educatioan: PERSFEKTIF DUNIA PENDIDIKAN

Skill Educatioan: PERSFEKTIF DUNIA PENDIDIKAN: PERSPEKTIF ANTARA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU DALAM DILEMA MEMBANGUN PENDIDIKAN             Secara awan, guru disebut sebagai s...

PERSFEKTIF DUNIA PENDIDIKAN



PERSPEKTIF
ANTARA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU DALAM DILEMA MEMBANGUN PENDIDIKAN
            Secara awan, guru disebut sebagai seseorang yang menguasai sebuah bidang ilmu pengetahuan dan berkewajiban mentransfer ilmu pengetahuan tersebut. Seorang guru adalah sesosok dengan kepribadian yang lembut, anggun, santun, sopan, dan jujur (dan mungkin masih banyak lagi sifat baik lainnya). Guru, dalam pandangan Freire, tidak hanya menjadi tenaga pengajar yang memberi instruksi kepada anak didik, tetapi mereka harus memerankan dirinya sebagai pekerja budaya (cultural workers). Guru harus mempunyai kesadaran penuh bahwasanya pendidikan itu mempunyai dua kekuatan sekaligus, yakni sebagai aksi kultural untuk pembebasan atau sebagai aksi kultural untuk dominasi dan hegemoni dan sebagai medium untuk memproduksi sistem sosial yang baru.
Sumber daya pendidik, guru, menjadi kunci utama keberhasilan pendidikan di Indonesia, guru seakan-akan menjadi satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik. Melihat kebutuhan semacam itu, guru harus menjadi sesosok yang mumpuni dalam menjalankan segala fungsinya. Guru tidak saja berijazah S1 ataupun D2 atau S2. Peserta didik tidak membutuhkan selembar kertas yang menyatakan guru mereka telah lulusan dari pendidikan sarjana ataupun lainnya. Guru harus melaksanakan pendidikan yang sempurna melalui pengajaran-pengajaran yang telah direncanakan. Lalu bagaimana pendidikan yang seharusnya dilaksanakan oleh seorang guru melalui sebuah pemembelajaran?
Menurut pengertian dari Yunani pendidikan adalah “Pedagogik” yaitu ilmu menuntun anak. Bangsa Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan untuk merealisasikan potensi anak. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yaitu : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
Pada kenyataannya bahwa masih banyak guru di Indonesia yang tidak memiliki dasar yang kuat akan konsep dasar dari pendidikan sehingga pola mengajar dari guru-guru tersebut terkesan tidak sesuai harapan, hanya kadang dijadikan pelepas kewajiban saja,walaupun disisi lain tak dapat dipungkiri tak jarang ada oknum Guru hanya mengejar setoran nilai ke kepala sekolah dan Dinas saja. Hal tersebut disebabkan karena paradigma yang salah di masyarakat Indonesia yakni keberhasilan peserta didik hanya dilihat dari potensi akademik. Kondisi tersebut membawa keadaan dimana guru hanya menerapkan pembelajaran searah, pembelajaran yang memberlakukan guru sebagai subjek dan peserta didik sebagai objek.
Interaksi dalam proses pembelajaran adalah interaksi atasan dan bawahan. Tidak sedikit guru di Indonesia hanya peduli untuk memasukkan pengetahuan ke peserta didik dengan alasan mengejar nilai semata. Dengan pembelajaran yang monoton yakni ceramah dilanjutkan mencatat kemudian drill soal dan akhirnya latihan-latihan soal mendorong peserta didik menjadi sesosok yang pandai menghapal sesaat saja.
Kondisi peserta didik masa kini cendrung adanya penurunan kesadaran dalam menanamkan kompotensi pada dirinya, mungkin diakibatkan karena perkembangan IPTEK, yang pada gilirangnya mempengaruhi perkembangan sikap peserta didik, kecendrungan malas,dan ugal-ugalan dalam menjalankan tugas  yang berefek jauh dari visi pendidikan yang semestinya. Oleh sebab itu peran guru dalam membina peserta didik tidaklah mudah karena dipengaruhi oleh sistem dan dan kendisi siswa serta kompotensi guru itu sendiri.
    Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.
Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Indonesia memiliki daya saing yang rendah Dan menurut survai dari lembaga Survei Indonesia bahwa hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Namun yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah:
1.   Rendahnya sarana fisik, yaitu terbatasnya pasilitas penunjang belajar.
2.   Rendahnya kualitas guru, yaitu guru- guru yang benyak diserap tanpa seleksi kualitas kompotensi tapi hanya pendekatan perbaikan nazib semata.
3.   Rendahnya kesejahteraan guru, yaitu minimnya tunjangan bagi guru-guru yang berstatus honorer.
4.    Rendahnya prestasi siswa, yaitu menurunnya nilai moral siswa
5.   Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, yaitu adanya diskriminasi anggaran antara pembangunan pendidikan pedesaan dan perkotaan.
6.   Mahalnya biaya pendidikan, yaitu adanya diskriminasi disertai mahalnya pendidikan yang layak dan bermutu bagi tiap masyarakat miskin sehingga pendidikan yang layak hanya dirasakan anak-anak komlomorat saja, sementara masyarakat miskin kebawah siap-siaplah sekolah digubuk-gubuk pendidiknan yang jauh dari pasilitas memadai.
           








Penulis :  Arief
 









Senin, 24 Desember 2012

KHUTBAH JUM'AT MUDERN




IKHLAS DALAM BERBUAT
الحمد لله الذى جَعَلَنا مِنْ عِبادِهِ الْمُخْلِصِيْْنَ ووَفَّقَنا لِلْعَمَلِ بِما فيهِ صَلاحُ الاسْلام
ِ والمسلمين
أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الهادى الى الصراط لمستقيم أما بعد،، فياأيها المسلمون أوصيكم وإياي بتقوى الله عز وجل والتَّمَسُّكِ بهذا الدِّين تَمَسُّكًا قَوِيًّا. فقال الله تعالى في كتابه الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Ma’asyiral Muslimin  Jamaah Jum’at RahimakumuLlah..
Alhamdulilllah, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah swt bahwa hingga saat ini, Allah masih memberi kita kesempatan untuk menyempurnakan pengabdian kita kepadaNya, dengan harapan mudah-mudahan segala kekurangan dalam proses pengabdian itu diampuni oleh Allah swt. Mudah-mudahan juga momentum hari jumat ini semakin memberikan kita kesadaran akan peningkatan kualitas iman dan takwa kita kepadaNya. Amin.
Sesungguhnya kehidupan ini memang Allah ciptakan untuk menguji siapa diantara hambaNya yang paling banyak dan paling baik beramal. Beramal merupakan inti dari keberadaan manusia di dunia ini, tanpa amal maka manusia akan kehilangan fungsi dan peran utamanya dalam menegakkan khilafah dan imarah. Allah berfirman menegaskan tujuan keberadaan manusia,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun“. (Al-Mulk: 2)
Namun pada tahap implementasinya, ternyata tidak cukup hanya beramal saja, karena memang Allah akan menseleksi setiap amal itu dari niatnya dan keikhlasannya. Tanpa ikhlas, amal seseorang akan sia-sia tidak berguna dan tidak dipandang sedikitpun oleh Allah swt. Imam Al-Ghazali menuturkan, “Setiap manusia binasa kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu akan binasa kecuali orang yang beramal (dengan ilmunya). Orang yang beramal juga binasa kecuali orang yang ikhlas (dalam amalnya). Namun orang yang ikhlas juga tetap harus waspada dan berhati-hati dalam beramal”. Dalam hal ini, hanya orang-orang yang ikhlas beramal yang akan mendapat keutamaan dan keberkahan yang sangat besar, seperti yang dijamin Allah dalam firmanNya, “Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (bekerja dengan ikhlas). Mereka itu memperoleh rezki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam syurga-syurga yang penuh kenikmatan”. (Ash-Shaaffat: 40-43)
Ma’asyiral Muslimin  Jamaah Jum’at RahimakumuLlah..
Ayat tentang keutamaan dan jaminan bagi orang yang bekerja dengan ini  seharusnya menjadi motifasi utama kita dalam menjalankan tugas dan pekerjaan kita sehari-hari dalam apapun dimensi dan bentuknya, baik dalam konteks “hablum minaLlah atau Hablum minannas”..karena hanya orang yang mukhlis nantinya yang akan meraih keberuntungan yang besar di hari kiamat, yaitu syurga Allah yang penuh dengan kenikmatan, meskipun dia harus banyak bersabar terlebih dahulu ketika di dunia. Ayat ini juga merupakan salah satu diantara jaminan yang disediakan oleh Allah bagi orang-orang yang mukhlis.
Jaminan lain yang Allah sediakan bagi mereka yang ikhlas dalam beramal bisa ditemukan dalam kisah perjalanan Yusuf as ketika beliau berhadapan dengan seorang wanita yang mengajaknya melakukan kemaksiatan. Bahwa Allah akan senantiasa memelihara hambaNya yang mukhlis dari perbuatan keji dan maksiat, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang mukhlis“. (yusuf: 24). Dalam ayat lain, orang yang mukhlis juga mendapat jaminan akan terhindar dari godaan dan bujuk rayu syetan. Syetan sendiri mengakui ketidakberdayaan dan kelemahan mereka dihadapan orang-orang yang beramal dengan ikhlas, “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (Al-Hijr: 39-40). Dengan redaksi yang sama, ayat ini berulang dalam surah Shaad, “Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka“. (Shad: 82-83). Sungguh benteng keikhlasan merupakan benteng yang paling kokoh yang tak tergoyahkan oleh apapun bentuk rayuan dan fitnah iblis dan sekutunya.
Ma’asyiral Muslimin  Jamaah Jum’at RahimakumuLlah..
Dalam tinjauan ilmu qira’at, para ulama qira’at berbeda dalam membaca kata “Al-Mukhlashin” yang tersebut pada akhir kedua ayat tersebut. Sebagian qari’ membaca Al-Mukhlashin dengan ism maf’ul dan sebagian lainnya membaca dengan isim fi’il Al-Mukhlishin. Imam Ibnu Katsir, Abu Amr dan Ibnu Amir, membaca seluruh kalimat ini dalam Al-Qur’an dengan bacaan “Al-Mukhlishin” yang artinya: Mereka mampu memurnikan agama dan ibadah mereka dari segala noda yang bertentangan dengan nilai tauhid. Sedangkan ulama qira’at yang lain membaca Al-Mukhlashin yang artinya: Mereka yang dipelihara dan mendapat taufik dari Allah untuk memiliki sifat Ikhlas. Berdasarkan qira’at ini, ikhlas dan iman adalah mutlak anugerah Allah swt kepada hamba-hambaNya yang dikehendaki. Namun setiap hamba diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa memperhatikan dan meningkatkan kadar dan tingkt keikhlasannya dalam beramal. Bahkan Allah menyuruh kita meneladani orang-orang yang mendapat petunjuk karena tidak pernah mengharapkan balasan dari amalnya kecuali dari Allah swt, “Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Yaasin: 21)
Secara prinsip, Islam memandang keikhlasan sebagai pondasi dan ruh sebuah amal, apapun bentuknya amal tersebut selama termasuk kategori amal sholih. Baik amal tersebut dilakukan dalam skala pribadi maupun secara kolektif (bermasyarakat, berbangsa dan bernegara). Bahkan keikhlasan dalam ruang lingkup kolektif sosial ternyata sesuatu yang berat dan memerlukan lebih kesabaran. Dalam konteks ini, keikhlasan harus dibangun secara timbal balik antara seluruh individu dalam masyarakat dan menghindari kecemburuan serta persepsi negatif terhadap masing-masing anggota. Demikian, semakin luas wilayah kerja seseorang, maka semakin dibutuhkan keikhlasan. Apalagi di tengah semakin beragam hambatan atau ujian keikhlasan yang menghadangnya, yang pada umumnya adalah seperti yang dinyatakan oleh Syekh Hasan Al-Banna’ dalam Risalahnya, yaitu: harta, kedudukan, popularitas, gelar, ingin selalu tampil di depan dan diberi penghargaan dan pujian dan sebagainya.
Ma’asyiral Muslimin  Jamaah Jum’at RahimakumuLlah..
Jika keikhlasan dituntut dari setiap orang yang beramal, maka menurut Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, keikhlasan bagi seorang da’i merupakan keniscayaan yang harus senantiasa menyertainya karena ia akan berhadapan dengan berbagai keadaan dan beragam manusia dalam perjalanan dakwahnya. Jika tidak, maka binasa dan sia-sialah amalnya. Bahkan sifat yang mendasar bagi seorang da’i yang harus senantiasa melaziminya adalah ikhlas. Oleh karena itu, para ulama hadits menjadikan bab Niat berada di awal kitab hadits susunan mereka, agar karya tulis mereka selalu diawali dengan keikhlasan dan tidak luput dari sifat ini. Bisa dibayangkan para ulama yang merupakan teladan dalam beramal mencontohkan kita agar senantiasa mengukur setiap amal yang kita lakukan dengan ukuran ikhlas.
Para nabi Allah dalam kapasitas mereka sebagai da’i senantiasa menjadikan keikhlasan sebagai jargon dan prinsip dakwah mereka. Sebagai contoh Nabi Muhammad saw sebagai teladan utama dalam hal ini mengemukakan tentang motifasinya dalam berdakwah, “Katakanlah: “Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya“. (Al-Furqan: 57)
Dengan redaksi yang sama dan dalam surah yang sama secara berdampingan, seluruh nabi Allah menekankan prinsip keikhlasan dalam dakwah mereka yang ideal, mulai dari nabi Nuh, Hud, Shalih, Luth dan Syu’aib as. “Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam“. (Asy-Syu’ara’: 109, 127, 145, 164, 180). Inilah bangunan keikhlasan yang pernah ditunjukkan dan dicontohkan dalam dakwah para nabi Allah swt, sehingga mereka meraih kesuksesan dan diabadikan namanya oleh Allah swt sebagai cerminan bagi para da’i setelah mereka.
Ma’asyiral Muslimin  Jamaah Jum’at RahimakumuLlah..
Menurut bahasa, dalam kata ikhlas terkandung beberapa makna; jernih, bersih, suci dari campuran dan pencemaran, baik berupa materi maupun non materi. Lawan dari ikhlas adalah nifak dan riya’. Rasulullah saw bersabda tentang sifat yang mulia ini dalam sabdanya, “Barangsiapa yang tujuan utamanya meraih pahala akhirat, niscaya Allah akan menjadikan kekayaannya dalam kalbunya, menghimpunkan baginya semua potensi yang dimilikinya, dan dunia akan datang sendiri kepadanya seraya mengejarnya. Sebaliknya, barangsiapa yang tujuan utamanya meraih dunia, niscaya Allah akan menjadikan kemiskinannya berada di depan matanya, membuyarkan semua potensi yang dimilikinya, dan dunia tidak akan datang sendiri kepadanya kecuali menurut apa yang telah ditakdirkan untuknya“. (Tirmidzi).
Dalam apapun keadaan, keikhlasan akan tetap menjadi modal, bekal sekaligus kemudi amal sholih, apalagi dakwah sebagai puncak dari amal sholih. Karena semakin berat dan mulia sebuah tugas tentu akan semakin dibutuhkan keikhlasan. Semakin dewasa perjalanan dan pengalaman dakwah seseorang, maka semestinya semakin baik tingkat dan kualitas keikhlasannya. Keikhlasan juga merupakan salah satu dari dua pilar dan syarat diterimanya amal sholih, bahkan ia yang paling utama, seperti yang dinyatakan oleh Abdullah bin Al-Mubarak ketika menafsirkan ayat: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” (Al-Mulk: 2). Tanpanya amal seseorang akan sia-sia tidak bernilai. Untuk itu, dengan ikhlas, akan mencukupi amal yang sedikit seperti yang ditegaskan dalam sebuah riwayat Ad-Dailami, “Ikhlaslah kamu dalam beramal, maka cukuplah amal yang sedikit yang kamu lakukan”.
أَخْلِصِ الْعَمَلَ يَجْزِيْكَ القلِيْلُ مِنْهُ
Agar ikhlas dapat terpelihara, tentu ada variabel yang melekat pada setiap amal yang kita lakukan; diantaranya variabel profesionalisme, kompetensi, itqan dan kesungguhan. Maka amal yang cenderung apa adanya, serampangan, asal jadi, “pokoknya” dan amal yang tidak konsisten bisa jadi karena ketidak ikhlasan kita dalam menjalankan tugas tersebut. Ini tantangan terberat bagi kita sesungguhnya. Ikhlas inilah yang akan memperkuat potensi spritualitas kita. Lantas pertanyaan besar kita, “Apakah ruh dan motifasi yang menggerakkan roda amal kita selama ini ???…
بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات والذكر ا

http://htmlimg1.scribdassets.com/5p820148eoxhla8/images/2-f04dc4a833/000.jpghttp://html.scribd.com/5p820148eoxhla8/images/2-f04dc4a833/000.jpghttp://htmlimg1.scribdassets.com/5p820148eoxhla8/images/2-f04dc4a833/000.jpghttp://html.scribd.com/5p820148eoxhla8/images/2-f04dc4a833/000.jpghttp://htmlimg1.scribdassets.com/5p820148eoxhla8/images/2-f04dc4a833/000.jpghttp://html.scribd.com/5p820148eoxhla8/images/2-f04dc4a833/000.jpg
Urutan Berkhutbah1)
1.Imam/Khotib menuju mimbar / podium, berdiri sejenak, dan mengucapkan salam:
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” kepada jamaah sholat jum’at, dan
kemudian duduk.
2.
Mudzin mengumandangkan adzan.
3.
Selesai adzan, barulah khotib berdiri memilai khutbah bagian pertama.
4. Selesai khutbah bagian pertama, khotib duduk sebentar, yang disebut dengan duduk di
antara dua khutbah.
5. Kemudian khatib berdiri lagi untuk meneruskan khutbah bagian kedua, sampai selesai.
6.Selesai khutbah bagian kedua ini, khotib pun turun dari mimbar dan iqomah pun
dikumandangkan pula, untuk seterusnya menunaikan sholat Jum’at bersama Imam yang
mengimami sholat.
Urutan Isi Khutbah2)
1. Imam hendaklah memulai khutbah dengan ucapan: tahmid, tsyahud, dan salawat kepda
Nabi saw.
2. Berwashitat dengan taqwa.
3. Kemudian doa
Contoh-contoh bacaan dalam khutbah3)
Variasi bacaan awal khutbah
1) Khutbah dan Dakwah, oleh Abd.Manan Khadim, penerbit Ramadhani, Sala, 1986.
2
) Himpunan Putusan Tarjih, penerbit Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Yogyakarta, 1972.
3
) Diambil dari beberapa sumber.
Short course khotib jum’at
halaman 2/7
http://htmlimg3.scribdassets.com/5p820148eoxhla8/images/3-0728c8f32f/000.jpghttp://html.scribd.com/5p820148eoxhla8/images/3-0728c8f32f/000.jpghttp://htmlimg3.scribdassets.com/5p820148eoxhla8/images/3-0728c8f32f/000.jpghttp://html.scribd.com/5p820148eoxhla8/images/3-0728c8f32f/000.jpg
Variasi bacaan awal khutbah
----------------------------------------------------
Short course khotib jum’at
halaman 3/7
http://htmlimg4.scribdassets.com/5p820148eoxhla8/images/4-aab5616e1a/000.jpghttp://htmlimg4.scribdassets.com/5p820148eoxhla8/images/4-aab5616e1a/000.jpghttp://htmlimg4.scribdassets.com/5p820148eoxhla8/images/4-aab5616e1a/000.jpg
Variasi Bacaan sebelum duduk antara dua khutbah
----------------------------------------------------
----------------------------------------------------
Short course khotib jum’at
halaman 4/7
http://htmlimg3.scribdassets.com/5p820148eoxhla8/images/5-8393b40077/000.jpg

http://htmlimg1.scribdassets.com/5p820148eoxhla8/images/6-7f9c604742/000.jpg
http://htmlimg2.scribdassets.com/5p820148eoxhla8/images/7-db75ded8a4/000.jpg