PERSPEKTIF
ANTARA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU DALAM DILEMA
MEMBANGUN PENDIDIKAN
Secara
awan, guru disebut sebagai seseorang yang menguasai sebuah bidang ilmu
pengetahuan dan berkewajiban mentransfer ilmu pengetahuan tersebut. Seorang
guru adalah sesosok dengan kepribadian yang lembut, anggun, santun, sopan, dan jujur (dan mungkin masih banyak
lagi sifat baik lainnya). Guru, dalam pandangan Freire, tidak hanya menjadi
tenaga pengajar yang memberi instruksi kepada anak didik, tetapi mereka harus
memerankan dirinya sebagai pekerja budaya (cultural workers). Guru harus
mempunyai kesadaran penuh bahwasanya pendidikan itu mempunyai dua kekuatan
sekaligus, yakni sebagai aksi kultural untuk pembebasan atau sebagai aksi
kultural untuk dominasi dan hegemoni dan sebagai medium untuk memproduksi
sistem sosial yang baru.
Sumber
daya pendidik, guru, menjadi kunci utama keberhasilan pendidikan di Indonesia,
guru seakan-akan menjadi satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik.
Melihat kebutuhan semacam itu, guru harus menjadi sesosok yang mumpuni dalam
menjalankan segala fungsinya. Guru tidak saja berijazah S1 ataupun D2 atau S2. Peserta
didik tidak membutuhkan selembar kertas yang menyatakan guru mereka telah
lulusan dari pendidikan sarjana ataupun lainnya. Guru harus
melaksanakan pendidikan yang sempurna melalui pengajaran-pengajaran yang telah
direncanakan. Lalu bagaimana pendidikan yang
seharusnya dilaksanakan oleh seorang guru melalui sebuah pemembelajaran?
Menurut pengertian dari Yunani
pendidikan adalah “Pedagogik” yaitu ilmu menuntun anak. Bangsa Romawi melihat
pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan untuk
merealisasikan potensi anak. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung
yang setara dengan educare, yaitu : membangkitkan kekuatan terpendam atau
mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
Pada
kenyataannya bahwa masih banyak guru di Indonesia yang tidak memiliki dasar
yang kuat akan konsep dasar dari pendidikan sehingga pola mengajar dari
guru-guru tersebut terkesan tidak sesuai harapan, hanya kadang dijadikan
pelepas kewajiban saja,walaupun disisi lain tak dapat dipungkiri tak jarang ada
oknum Guru hanya mengejar setoran nilai ke kepala sekolah dan Dinas saja. Hal
tersebut disebabkan karena paradigma yang salah
di masyarakat Indonesia yakni keberhasilan peserta didik hanya
dilihat dari potensi akademik. Kondisi tersebut membawa keadaan dimana guru
hanya menerapkan pembelajaran searah, pembelajaran yang memberlakukan guru
sebagai subjek dan peserta didik sebagai objek.
Interaksi dalam proses pembelajaran adalah interaksi
atasan dan bawahan. Tidak sedikit guru di
Indonesia hanya peduli untuk memasukkan pengetahuan ke peserta didik dengan
alasan mengejar nilai semata. Dengan pembelajaran yang monoton yakni ceramah
dilanjutkan mencatat kemudian drill soal dan akhirnya latihan-latihan soal
mendorong peserta didik menjadi sesosok yang pandai menghapal sesaat saja.
Kondisi peserta
didik masa kini cendrung adanya penurunan kesadaran dalam menanamkan kompotensi
pada dirinya, mungkin diakibatkan karena perkembangan IPTEK, yang pada gilirangnya
mempengaruhi perkembangan sikap peserta didik, kecendrungan malas,dan
ugal-ugalan dalam menjalankan tugas yang
berefek jauh dari visi pendidikan yang semestinya. Oleh sebab itu peran guru dalam
membina peserta didik tidaklah mudah karena dipengaruhi oleh sistem dan dan
kendisi siswa serta kompotensi guru itu sendiri.
Kualitas pendidikan
di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun.
Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12
dari 12 negara di Asia. Indonesia memiliki daya saing yang rendah Dan menurut
survai dari lembaga Survei Indonesia bahwa hanya berpredikat sebagai follower
bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Namun yang kita rasakan sekarang adalah adanya
ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal.
Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan
sumber daya manusia di negara-negara lain. Setelah kita amati, nampak jelas
bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan
formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai
keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
antara lain adalah:
1.
Rendahnya
sarana fisik, yaitu terbatasnya pasilitas penunjang belajar.
2.
Rendahnya
kualitas guru, yaitu guru- guru yang benyak diserap tanpa seleksi kualitas
kompotensi tapi hanya pendekatan perbaikan nazib semata.
3.
Rendahnya
kesejahteraan guru, yaitu minimnya tunjangan bagi guru-guru yang berstatus
honorer.
4.
Rendahnya prestasi siswa, yaitu menurunnya nilai moral
siswa
5.
Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, yaitu adanya
diskriminasi anggaran antara pembangunan pendidikan pedesaan dan perkotaan.
6.
Mahalnya biaya pendidikan, yaitu adanya diskriminasi
disertai mahalnya pendidikan yang layak dan bermutu bagi tiap masyarakat miskin
sehingga pendidikan yang layak hanya dirasakan anak-anak komlomorat saja,
sementara masyarakat miskin kebawah siap-siaplah sekolah digubuk-gubuk
pendidiknan yang jauh dari pasilitas memadai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar