Rabu, 26 Desember 2012

PERSFEKTIF DUNIA PENDIDIKAN



PERSPEKTIF
ANTARA TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB GURU DALAM DILEMA MEMBANGUN PENDIDIKAN
            Secara awan, guru disebut sebagai seseorang yang menguasai sebuah bidang ilmu pengetahuan dan berkewajiban mentransfer ilmu pengetahuan tersebut. Seorang guru adalah sesosok dengan kepribadian yang lembut, anggun, santun, sopan, dan jujur (dan mungkin masih banyak lagi sifat baik lainnya). Guru, dalam pandangan Freire, tidak hanya menjadi tenaga pengajar yang memberi instruksi kepada anak didik, tetapi mereka harus memerankan dirinya sebagai pekerja budaya (cultural workers). Guru harus mempunyai kesadaran penuh bahwasanya pendidikan itu mempunyai dua kekuatan sekaligus, yakni sebagai aksi kultural untuk pembebasan atau sebagai aksi kultural untuk dominasi dan hegemoni dan sebagai medium untuk memproduksi sistem sosial yang baru.
Sumber daya pendidik, guru, menjadi kunci utama keberhasilan pendidikan di Indonesia, guru seakan-akan menjadi satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik. Melihat kebutuhan semacam itu, guru harus menjadi sesosok yang mumpuni dalam menjalankan segala fungsinya. Guru tidak saja berijazah S1 ataupun D2 atau S2. Peserta didik tidak membutuhkan selembar kertas yang menyatakan guru mereka telah lulusan dari pendidikan sarjana ataupun lainnya. Guru harus melaksanakan pendidikan yang sempurna melalui pengajaran-pengajaran yang telah direncanakan. Lalu bagaimana pendidikan yang seharusnya dilaksanakan oleh seorang guru melalui sebuah pemembelajaran?
Menurut pengertian dari Yunani pendidikan adalah “Pedagogik” yaitu ilmu menuntun anak. Bangsa Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan untuk merealisasikan potensi anak. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yaitu : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
Pada kenyataannya bahwa masih banyak guru di Indonesia yang tidak memiliki dasar yang kuat akan konsep dasar dari pendidikan sehingga pola mengajar dari guru-guru tersebut terkesan tidak sesuai harapan, hanya kadang dijadikan pelepas kewajiban saja,walaupun disisi lain tak dapat dipungkiri tak jarang ada oknum Guru hanya mengejar setoran nilai ke kepala sekolah dan Dinas saja. Hal tersebut disebabkan karena paradigma yang salah di masyarakat Indonesia yakni keberhasilan peserta didik hanya dilihat dari potensi akademik. Kondisi tersebut membawa keadaan dimana guru hanya menerapkan pembelajaran searah, pembelajaran yang memberlakukan guru sebagai subjek dan peserta didik sebagai objek.
Interaksi dalam proses pembelajaran adalah interaksi atasan dan bawahan. Tidak sedikit guru di Indonesia hanya peduli untuk memasukkan pengetahuan ke peserta didik dengan alasan mengejar nilai semata. Dengan pembelajaran yang monoton yakni ceramah dilanjutkan mencatat kemudian drill soal dan akhirnya latihan-latihan soal mendorong peserta didik menjadi sesosok yang pandai menghapal sesaat saja.
Kondisi peserta didik masa kini cendrung adanya penurunan kesadaran dalam menanamkan kompotensi pada dirinya, mungkin diakibatkan karena perkembangan IPTEK, yang pada gilirangnya mempengaruhi perkembangan sikap peserta didik, kecendrungan malas,dan ugal-ugalan dalam menjalankan tugas  yang berefek jauh dari visi pendidikan yang semestinya. Oleh sebab itu peran guru dalam membina peserta didik tidaklah mudah karena dipengaruhi oleh sistem dan dan kendisi siswa serta kompotensi guru itu sendiri.
    Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.
Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Indonesia memiliki daya saing yang rendah Dan menurut survai dari lembaga Survei Indonesia bahwa hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Namun yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah:
1.   Rendahnya sarana fisik, yaitu terbatasnya pasilitas penunjang belajar.
2.   Rendahnya kualitas guru, yaitu guru- guru yang benyak diserap tanpa seleksi kualitas kompotensi tapi hanya pendekatan perbaikan nazib semata.
3.   Rendahnya kesejahteraan guru, yaitu minimnya tunjangan bagi guru-guru yang berstatus honorer.
4.    Rendahnya prestasi siswa, yaitu menurunnya nilai moral siswa
5.   Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, yaitu adanya diskriminasi anggaran antara pembangunan pendidikan pedesaan dan perkotaan.
6.   Mahalnya biaya pendidikan, yaitu adanya diskriminasi disertai mahalnya pendidikan yang layak dan bermutu bagi tiap masyarakat miskin sehingga pendidikan yang layak hanya dirasakan anak-anak komlomorat saja, sementara masyarakat miskin kebawah siap-siaplah sekolah digubuk-gubuk pendidiknan yang jauh dari pasilitas memadai.
           








Penulis :  Arief
 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar