Tinjauan
Pustaka (MUHAMMAD ARIF)
1.
Pendidikan
Agama Islam
Beberapa
karya tulis yang kiranya refresentatif untk dijadikan sebagai ujukan awal
diantaranya:
Syamsul Nizar dalam bukunya Dasar-Dasar
Pendidikan Agama Islam mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam
dapat pula dimaknai sebagai usaha dari orang dewasa (muslim) yang bertaqwa yang
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah
(potensi dasar) peserta didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya.
Zuhairini dalam bukunya Metodik Khusus Pendidikan Agama bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan ke arah pertumbuhan kepribadian
peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan
ajaran Islam, sehingga terjalin kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
Ahmad D. Marimba, dalam bukunya Pengantar Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam
adalah bimbingan jasmani berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Zakiah Darajat dkk., dalam bukunya Ilmu Pendidikan Agama Islam mengemukakan bahwa pengertian Pendidikan
Agama Islam adalah:
1)
Pendidikan Agama Islam yaitu usaha
berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup.
2)
Pendidikan Agama Islam ialah
pendidikan yang dilaksanakan berdasar ajaran Islam.
3)
Pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan
asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan Ia
dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam itu
sebagai pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia
maupun di akhirat kelak.
Dalam buku KTSP,
disebutkan bahwa Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dipelajari
pada Madrasah Tsanawiyah adalah:
1.Al-Qur'an-Hadis
Mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis
MTs ini merupakan kelanjutan dan kesinambungan dengan mata pelajaran
Al-Qur'an-Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan
membaca al-Qur'an-hadis, pemahaman surat-surat pendek, dan mengaitkannya dengan
kehidupan sehari-hari.
2.
Akidah-Akhlak
Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah
satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang
telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar.
3.
Fikih
Pembelajaran fikih diarahkan
untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan
tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaaffah
(sempurna).
4.
Sejarah
Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah
satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan
kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam
di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi
Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai
perkembangan Islam di Indonesia. Secara
substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan
Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung
nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian
peserta didik.
2.
Belajar Dan Kesulitan Belajar
Menurut pendapat Reostiyah NK,
dkk., dalam bukunya Masalah-masalah Ilmu Keguruan mengatakan bahwa belajar
adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan
Willis dahar, MSC. Teori Belajar
dan Pembelajaran dalam bukunya bahwa
Belajar adalah proses keingintahuan demi perubahan. juga dikatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas untuk menuju
tujuan tertentu.
S. Nasutiaon, dalam bukunya Dedaktik Asas-asas Mengajar mengemukakan
bahwa Belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.
Tadjab, dalam bukunya Ilmu Jiwa Pendidikan mengatakan bahwa Belajar
meliputi setiap pengalaman yang menimbulkan perubahan dalam pengetahuan, sikap
dan keterampilan seseorang, baik perubahan tersebut bersifat positif ataupun
negatif, baik disengaja maupun tidak disengaja, baik terjadi didalam maupun
diluar sekolah, baik dibawa bimbingan guru maupun tidak dibawa bimbingan guru.
Yusron Aminulloh, dalam bukunya Minset
Pembelajaran mengemukakan bahwa Belajar adalah poses penanaman niali-nilai
ke dalam diri, yang dilakukan oleh guru terhadap siswa yang relevan dengan tantangan
kehidupan mendatang.
Muhibbin Syah, dalam bukunya Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru mengatakan bahwa teori koneksionisme,
berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen
ia menggunakan hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
Berdasarkan dengan eksperimen yanga dilakukan, ia berkesimpulan bahwa belajar
adalah hubungan antara sistimulus dan
respon.
Syaiful Bahri Djamarah, dalam bukunya Rahasia Sukses Belajar mengatakan bahwa Untuk meningkatkan taraf kesungguhan
siswa untuk belajar juga diperlukan pemahaman kepada siswa bahwa untuk apa
mereka belajar sehingga tujuannya jelas
Hamzah
B. Uno dalam bukunya Belajar dengan pendekatan PAILKEM mengatakan
bahwa tujuan belajar itu sangat penting agar belajar menjadi terarah dan dapat
berkonsentrasi dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lama ketika
belajar, melalui dari sini juga para guru terus berupaya untuk meningkatkan
minat belajar siswa, sehingga muncul teori PAILKEM, yang merupakan sinonim dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Imanjinatif
Lingkungan, efektif dan menyenangkan.
S Nasution, mengatakan dalam
bukunya Berbagai Pendekatan dalam Proses
Belajar Mengajar bahwa Belajar juga pada dasarnya juga memiliki 4 fase
yaitu:
1. Oprehending,
2. Acquesition
3. Storage
4.
Restrieval
Nini Subini, dalam bukunya Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak mengatakan bahwa bahwa kesulitan
belajar merupakan terjemahan dari bahasa inggris ”Learning disability” yang berarti ketidak mampuan belajar.
Koesteor Partowisastro, dkk., mengatakan dalam bukunya Diagnosa dan
Pemecahan Kesulitan Belajar bahwa Salah satu diantara tugas yang paling sulit bagi seorang guru dan penyuluh
pendidikan ialah tugas untuk mangadakan diagnosa dan membantu memecahkan kesulitan-kesulitan (treatment) belajar yang dihadapi para
siswa. Guru sulit untuk melakukan hal ini yang disebabkan oleh:
a.
Penyebab kesulitan belajar yang
dihadapi para siswa itu sangat beraneka ragam.
b.
Penyebab kesulitan belajar itu
sangat kompleks.
c.
Suatu usaha pemecahan masalah
belajar.
Mulyadi, dalam bukunya diagnosis Kesulitan Belajar mengatakan
bahwa
ciri- ciri Anak Yang mengalami Kesulitan Belajar adalah:
1. Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan
proporsional.
2. Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
3. Sulit menyuarakan fonem
(satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata.
4. Sulit mengeja
secara benar. Bahkan mungkin anak akan mengeja satu kata dengan bermacam
ucapan.
5. Sulit mengeja kata
atau suku kata dengan benar. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai
kemiripan bentuk seperti b.
6. Membaca satu kata
dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya.
7. Kesulitan dalam
memahami apa yang dibaca.
8. Sering terbalik
dalam menuliskan atau mengucapkan kata.
9. Rancu dengan
kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi.
10. Bingung menentukan
tangan mana yang dipakai untuk menulis.
11. Lupa mencantunkan
huruf besar atau mencantumkannya di tempat yang salah.
12. Lupa meletakkan
titik dan tanda-tanda baca lainnya.
13. Menulis huruf dan
angka dengan hasil yang kurang baik.
14.
Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil,
kadang naik, kadang turun.
15. Menempatkan
paragraf secara keliru.
Adapun penelitian yang relevansi dengan judul peneliti yang
dilakukan sebelumnya diantaranya:
1. Husmawati, mahasiswa
fakultas tarbiyah dan keguruan, tahun 2002 dengan judul “Diagnosis
Kesulitan Belajar Siswa dan Upaya Mengatasinya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Ulaweng Cinnong Kabupaten Bone”dalam
penelitian ini di temukan bahwa guru-guru sering kali mendiagnosa akan
kesulitan belajarnya siswa kemudian dievaluasi ulang kembali dan penyebab
kesulitan belajar siswa di karenakan factor interen atau atau dalam diri siswa
misalnya gangguan syaraf dan lain-lain.
2. Hairul, mahasiswa
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, tahun 2007 dengan judul “Diagnosis kesulitan belajar di SMA I Sungguminasa Kabupaten Gowa” dalam penelitian ini di temukan bahwa
kesulitan belajar yang diakibatkan karena learning disfungsion atau gangguan otak yang dialami oleh siswa
sehingga sulit untuk menerima materi.
3. Sumirah Maryani program alih jalur
pendidikan agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, 20 Maret 2010 dengan judul “Kesulitan
Belajar Matematika dan Remedial Teaching Pada Peserta Didik mim Kranggan
Manisrenggo Klataten” dalam penelitian
ini ditemukan bahwa Hal-hal yang melatarbelakangi kesulitan
belajar Matematika di antaranya adalah peserta didik belum menguasai benar
hitung dasar basis sepuluh, kurang maksimalnya guru menggunakan berbagai alat
peraga dan terbatasnya kemampuan orang tua peserta didik dalam membimbing
belajar Matematika. Faktor internal penyebab kesulitan belajar Matematika adalah
peserta didik malas belajar.
A. Instrumen Penelitian
Keberhasilan
suatu penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data
yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau untuk menguji hipotesis
diperoleh melalui instrumen. Sebagai alat pengumpul data, instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
dokumentasi, wawancara mengenai kesuliatan belajar yang dihadapi siswa di Madrasah
Tsanawiyah darus Shafaa Manipi Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
1.
Observasi.
Instrumen ini pada dasarnya adalah pemusatan pengamatan terhadap sesuatu
yang diteliti dengan menggunakan seluruh pancaindra. Teknik ini digunakan bila
penelitian berkenaan dengan prilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejalah alam dan respon yang diamati tidak terlalu
besar.[1]
Dalam penelitian ini peneliti
melakukan observasi atau pengamatan di Madrasah Tsanawiyah darus Shafaa Manipi
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai tentang keadaan siswa di kelas maupun diluar kelas dan mengamati
kondisi siswa yang mengalami kesulitan belajar serta mengamati bagaimana cara
yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi oleh
siswa.
2.
Dokumentasi.
Mengumpulkan data
berdasarkan dokumen atau arsip yang tersimpan dalam daftar inventaris kantor,
terutama yang berhubungan dengan kegiatan ketatausahaan. Di dalam
melaksanakanhal ini, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen, pereturan-peraturan, nutulen rapat, catatan harian
dan sebagainya.
Dalam pengumpulan data
untuk penyusunan skripsin ini, penulis melakukan pencatatan terhadap
dokumen-dokumen yang terdapat di sekolah Madrasah Tsanawiyah darus Shafaa Manipi
Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai berkaitan dengan masalah kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
dalam proses belajar mengajar.
3.
Wawancara.
Instrumen
ini digunakan melalui pertanyaan secara langsung kepada informan.[2]
Agar komunikasi dengan informan dapat terarah, maka terlebih dahulu peneliti
menyusun sejumlah item pertanyaan sebagai pedoman dalam wawancara sehubungan
dengan materi yang diwawancarakan. Agar proses wawancara dengan informan
berlangsung secara luwes dan kondusif, pewawancara yang telah memperhatiakan
keadaan informan yang akan diwawancarai. Informan yang diwawancarai adalah
siswa yang mengalami kesulitan belajar dan guru yang mengatasi kesulitan
belajar siswa Madrasah Tsanawiyah darus Shafaa Manipi Kecamatan Sinjai Barat
Kabupaten Sinjai
4.
Snowball.
Teknik
bola salju ini digunakan apabila jumlah sampel yang diketahui hanya sedikit.
Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel lain dari
yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah sampelnya makin
banyak. Seperti bola salju yang menggelinding makin lama bola salju tersebut
makin besar.
Teknik
bola salju adalah teknik yang paling bermanfaat ketika ada suatu kebutuhan
untuk mengidentifikasi suatu populasi yang sebelumnya tak dikenal.
Menghubungkan anggota dari suatu populasi dengan satu sama lain, salah satu
secara langsung, adalah suatu prosedur yang layak untuk mengidentifikasi semua
anggota menyangkut populasi itu. Sebagai contoh, yang kecil adalah sering
dikenal untuk satu sama lain tetapi tidak dikenal orang luar. Sebagai
konsekwensi, studi banyak orang mulai dengan suatu identifikasi awal dari
beberapa masyarakat yang berpengaruh kemudian menentukan siapa yang akan
ditanya didapat dari mereka untuk mencalonkan para orang lain berpengaruh.
Proses melanjut sampai ada alasan untuk percaya bahwa semua berpengaruh telah
dikenali.[3]
B. Prosedur Pengumpulan Data.
Dalam
pengumpulan data ada dua tahap yang
ditempuh, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
1.
Tahap
persiapan.
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam tahap ini yakni:
a.
Penulis membuat isterumen kemudian
dikonsultasikan pada dosen pembimbing.
b.
Pemeriksaan validas isi istrumen oleh
validitor.
c.
Menggunakan isterumen setelah dinyatakan valid.
d.
Mengurus permohonan izin penelitian.
e.
Menghubungi kepala sekolah dan
mengkonsultasikan jadwal penelitian dengan guru yang ada pada sekolah itu.
2.
Tahap
pelaksanaan.
Dalam
penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan tehnik observasi, dokumentasi
dan wawancara.
a.
Observasi.
Pengumpulan
data dengan cara ini dilakukan dengan melakukan pengamantan secara langsung
terhadap objek yang akan diteliti seperti keadaaan siswa didalam mengikuti
proses belajar mengajar maupun diluar dari proses belajar mengajar serta
mengamati bagaimana kegiatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaan dalam
menangani siswa yang mengalami kesuitan belajar.
b. Dokumentasi.
Pengumpulan
data dengan cara ini yakni dengan melakukan pencatatan tehadap dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar dan melakukan pencatatan terhadap jumlah
keseluruhan siswa yang mengalami kesulitan belajar
b.
wawancara/interviu
Pengumpulan
data dengan cara ini dilakukan dengan
memberikan pertanyaan secara lisan
kepada salah satu atau lebih responden penelitian. pertanyaan ini berisi
tentang kesulitan yang dialami siswa.
Disamping
memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan metode interviu
peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaannya. Sikap pada waktu datang,
sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran, serta
keseluruhan penampilan, akan sangat berpengaruh terhadap isi jawaban responden
yang diterima oleh peneliti.
c.
Snowball.
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel
dari populasi yang tidak jelas keberadaaan anggotanya dan tidak pasti jumlahnya
dengan cara menemukan satu sampel, jadi pengumpulan data dengan cara ini yakni
melakukan wawancara terhadap satu atau lebih responden penelitian mengenai
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa kemudian mencari keterkaitan antara
responden yang satu dengan responden yang lain.
C. Teknik Analisis Data.
Analisis data merupakan kegiatan yang
dilakukan setelah dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Dalam
penelitian kuantitatif.
Analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel
dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan.[4]
Tujuan utama analisis data adalah untuk
meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan,
sehingga hubungan antar problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.
Penelitian
kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah sosial yang
didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh
kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah.
Pada
penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subyek dari kerangka
berpikirnya sendiri. Dengan demikian, yang penting adalah pengalaman, pendapat,
perasaan dan pengetahuan partisipan. Oleh karena itu, semua perspektif menjadi
bernilai bagi peneliti. Peneliti tidak melihat benar atau salah, namun semua
data penting. Pendekatan ini sering disebut juga sebagai pendekatan yang
humanistik, karena peneliti tidak kehilangan sisi kemanusiaan dari suatu
kehidupan sosial. Peneliti tidak dibatasi lagi oleh angka-angka, perhitungan
statistik, variabel-variabel yang mengurangi nilai keunikan individual.
Metode
yang digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku dan tidak terstandarisasi.
Penelitian kualitatif sifatnya fleksibel, dalam arti kesesuaiannya
tergantung dari tujuan setiap penelitian. Walaupun demikian, selalu ada pedoman
untuk diikuti, tapi bukan aturan yang mati. Jalannya penelitian dapat berubah
sesuai kebutuhan, situasi lapangan serta hipotesa-hipotesa baru yang muncul
selama berlangsungnya penelitian tersebut.
Ada berbagai
macam pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah penulis mengenai kapan pendekatan
kualitatif digunakan. Sebagian besar penulis mengemukakan bahwa pendekatan
kualitatif digunakan bila peneliti ingin memahami sudut pandang partisipan
secara lebih mendalam, dinamis dan menggali berbagai macam faktor sekaligus.
Selain itu pendekatan kualitif tepat digunakan dalam situasi yang informal,
dimana hal ini dimungkinkan oleh topik yang peka bagi responden, latar belakang
demografis (pendidikan, tempat tinggal dan sebagainya) tertentu, dan hal lain
yang menyebabkan pendekatan kuantitatif sulit diterapkan.[5]
Dengan
adanya metode deskriptif kualitatif maka teknik analisa data dilakukan melalui
3 tahapan, yaitu :
1.
Reduksi Data, yaitu proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau
data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata
lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat
melakukan penelitian untuk menghasilkan data sebanyak mungkin.
2.
Penyajian Data, yaitu penyusunan informasi yang
kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif
dan sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan
pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti telah siap
dengan data yang telah disederhanakan dan menghasilkan informasi yang
sistematis
3.
Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam
proses anlisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari
data-data yang telah diperoleh dari observasi dan interview. Dengan adanya
kesimpulan peneliti akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan
benar-benar valid atau maksimal.[6]
Hasil
akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data atau
informasi yang sulit dicari melalui metode kualitatif, tetapi juga harus mampu
menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, atau ilmu baru yang dapat
digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup
manusia.[7]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar