Rabu, 17 April 2013

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR TERHADAP PEMBELAJARAN PAI


Tinjauan Pustaka (MUHAMMAD ARIF)
1.   Pendidikan Agama  Islam
            Beberapa karya tulis yang kiranya refresentatif untk dijadikan sebagai ujukan awal diantaranya:
Syamsul Nizar dalam bukunya Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam  mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Islam dapat pula dimaknai sebagai usaha dari orang dewasa (muslim) yang bertaqwa yang secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (potensi dasar) peserta didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.
Zuhairini dalam bukunya Metodik Khusus Pendidikan Agama bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan ke arah pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjalin kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
Ahmad D. Marimba, dalam bukunya Pengantar Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Zakiah Darajat dkk., dalam bukunya Ilmu Pendidikan Agama Islam mengemukakan bahwa pengertian Pendidikan Agama Islam adalah:
1)   Pendidikan Agama Islam yaitu usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.
2)   Pendidikan Agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasar ajaran Islam.
3)   Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-­ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan Ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di  akhirat kelak.
Dalam buku KTSP, disebutkan bahwa Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dipelajari pada Madrasah Tsanawiyah adalah:
1.Al-Qur'an-Hadis
Mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis MTs ini merupakan kelanjutan dan kesinambungan dengan mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis pada jenjang MI dan MA, terutama pada penekanan kemampuan membaca al-Qur'an-hadis, pemahaman surat-surat pendek, dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
2.      Akidah-Akhlak
Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar.
3.   Fikih
Pembelajaran fikih  diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga  menjadi muslim yang selalu taat  menjalankan syariat Islam secara kaaffah (sempurna).
4.   Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia.  Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,  membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
2.      Belajar Dan Kesulitan Belajar
 Menurut pendapat Reostiyah NK, dkk., dalam bukunya Masalah-masalah Ilmu Keguruan mengatakan bahwa belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan
Willis dahar, MSC. Teori Belajar dan Pembelajaran  dalam bukunya bahwa Belajar adalah proses keingintahuan demi perubahan. juga dikatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas untuk menuju tujuan tertentu.
S. Nasutiaon, dalam bukunya Dedaktik Asas-asas Mengajar mengemukakan bahwa Belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.
Tadjab, dalam bukunya Ilmu Jiwa Pendidikan mengatakan bahwa Belajar meliputi setiap pengalaman yang menimbulkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang, baik perubahan tersebut bersifat positif ataupun negatif, baik disengaja maupun tidak disengaja, baik terjadi didalam maupun diluar sekolah, baik dibawa bimbingan guru maupun tidak dibawa bimbingan guru.
Yusron Aminulloh, dalam bukunya Minset Pembelajaran mengemukakan bahwa Belajar adalah poses penanaman niali-nilai ke dalam diri, yang dilakukan oleh guru terhadap siswa yang relevan dengan tantangan kehidupan mendatang.
Muhibbin Syah, dalam bukunya Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru mengatakan bahwa teori koneksionisme, berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen ia menggunakan hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Berdasarkan dengan eksperimen yanga dilakukan, ia berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara  sistimulus dan respon.
Syaiful Bahri Djamarah, dalam bukunya Rahasia Sukses Belajar mengatakan bahwa Untuk meningkatkan taraf kesungguhan siswa untuk belajar juga diperlukan pemahaman kepada siswa bahwa untuk apa mereka belajar sehingga tujuannya jelas
 Hamzah B. Uno dalam bukunya Belajar dengan pendekatan PAILKEM mengatakan bahwa tujuan belajar itu sangat penting agar belajar menjadi terarah dan dapat berkonsentrasi dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lama ketika belajar, melalui dari sini juga para guru terus berupaya untuk meningkatkan minat belajar siswa, sehingga muncul teori PAILKEM, yang merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Imanjinatif  Lingkungan, efektif dan menyenangkan.
S Nasution,  mengatakan dalam bukunya Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar bahwa Belajar juga pada dasarnya juga memiliki 4 fase yaitu:
1.      Oprehending,
2.      Acquesition
3.      Storage
4.      Restrieval
Nini Subini, dalam bukunya Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak mengatakan bahwa bahwa kesulitan belajar merupakan terjemahan dari bahasa inggris ”Learning disability” yang berarti ketidak mampuan belajar.
Koesteor Partowisastro, dkk., mengatakan dalam bukunya Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar bahwa Salah satu diantara tugas yang  paling sulit bagi seorang guru dan penyuluh pendidikan ialah tugas untuk mangadakan diagnosa dan membantu memecahkan  kesulitan-kesulitan  (treatment) belajar yang dihadapi para siswa. Guru sulit untuk melakukan hal ini yang disebabkan oleh:
a.    Penyebab kesulitan belajar yang dihadapi para siswa itu sangat beraneka ragam.
b.   Penyebab kesulitan belajar itu sangat kompleks.
c.    Suatu usaha pemecahan masalah belajar.
Mulyadi, dalam bukunya diagnosis Kesulitan Belajar mengatakan bahwa  ciri- ciri Anak Yang mengalami Kesulitan Belajar adalah:
1. Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional.
2. Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
3. Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata.
4. Sulit mengeja secara benar. Bahkan mungkin anak akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan.
5. Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b.
6. Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya.
7. Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca.
8. Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata.
9. Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi.
10. Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis.
11. Lupa mencantunkan huruf besar atau mencantumkannya di tempat yang salah.
12. Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda baca lainnya.
13. Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik.
14. Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil, kadang naik, kadang turun.
15. Menempatkan paragraf secara keliru.
            Adapun penelitian yang relevansi dengan judul peneliti yang dilakukan sebelumnya diantaranya:
1.      Husmawati, mahasiswa fakultas tarbiyah dan keguruan, tahun 2002 dengan judul “Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dan Upaya Mengatasinya di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ulaweng Cinnong Kabupaten Bone”dalam penelitian ini di temukan bahwa guru-guru sering kali mendiagnosa akan kesulitan belajarnya siswa kemudian dievaluasi ulang kembali dan penyebab kesulitan belajar siswa di karenakan factor interen atau atau dalam diri siswa misalnya gangguan syaraf dan lain-lain.
2.      Hairul, mahasiswa Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, tahun 2007 dengan judul “Diagnosis kesulitan belajar di SMA I Sungguminasa Kabupaten Gowa”  dalam penelitian ini di temukan bahwa kesulitan belajar yang diakibatkan karena learning disfungsion atau gangguan otak yang dialami oleh siswa sehingga sulit untuk menerima materi.
3.      Sumirah Maryani program alih jalur pendidikan agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 20 Maret 2010 dengan judul “Kesulitan Belajar Matematika dan Remedial Teaching Pada Peserta Didik mim Kranggan Manisrenggo Klataten” dalam penelitian ini ditemukan bahwa Hal-hal yang melatarbelakangi kesulitan belajar Matematika di antaranya adalah peserta didik belum menguasai benar hitung dasar basis sepuluh, kurang maksimalnya guru menggunakan berbagai alat peraga dan terbatasnya kemampuan orang tua peserta didik dalam membimbing belajar Matematika. Faktor internal penyebab kesulitan belajar Matematika adalah peserta didik malas belajar.








A. Instrumen Penelitian
Keberhasilan suatu penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau untuk menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Sebagai alat pengumpul data, instrumen yang akan digunakan  dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, wawancara mengenai kesuliatan belajar yang dihadapi siswa di Madrasah Tsanawiyah darus Shafaa Manipi Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
1.      Observasi.
            Instrumen ini pada dasarnya  adalah pemusatan pengamatan terhadap sesuatu yang diteliti dengan menggunakan seluruh pancaindra. Teknik ini digunakan bila penelitian  berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejalah alam dan respon yang diamati tidak terlalu besar.[1]
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi atau pengamatan di Madrasah Tsanawiyah darus Shafaa Manipi Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai tentang keadaan siswa di kelas maupun diluar kelas dan mengamati kondisi siswa yang mengalami kesulitan belajar serta mengamati bagaimana cara yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.
2.      Dokumentasi.
Mengumpulkan data berdasarkan dokumen atau arsip yang tersimpan dalam daftar inventaris kantor, terutama yang berhubungan dengan kegiatan ketatausahaan. Di dalam melaksanakanhal ini, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, pereturan-peraturan, nutulen rapat, catatan harian dan sebagainya.
Dalam pengumpulan data untuk penyusunan skripsin ini, penulis melakukan pencatatan terhadap dokumen-dokumen yang terdapat di sekolah Madrasah Tsanawiyah darus Shafaa Manipi Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai berkaitan dengan masalah kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam proses belajar mengajar.
3.      Wawancara.
Instrumen ini digunakan melalui pertanyaan secara langsung kepada informan.[2] Agar komunikasi dengan informan dapat terarah, maka terlebih dahulu peneliti menyusun sejumlah item pertanyaan sebagai pedoman dalam wawancara sehubungan dengan materi yang diwawancarakan. Agar proses wawancara dengan informan berlangsung secara luwes dan kondusif, pewawancara yang telah memperhatiakan keadaan informan yang akan diwawancarai. Informan yang diwawancarai adalah siswa yang mengalami kesulitan belajar dan guru yang mengatasi kesulitan belajar siswa Madrasah Tsanawiyah darus Shafaa Manipi Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
4.      Snowball.
Teknik bola salju ini digunakan apabila jumlah sampel yang diketahui hanya sedikit. Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel lain dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah sampelnya makin banyak. Seperti bola salju yang menggelinding makin lama bola salju tersebut makin besar.
Teknik bola salju adalah teknik yang paling bermanfaat ketika ada suatu kebutuhan untuk mengidentifikasi suatu populasi yang sebelumnya tak dikenal. Menghubungkan anggota dari suatu populasi dengan satu sama lain, salah satu secara langsung, adalah suatu prosedur yang layak untuk mengidentifikasi semua anggota  menyangkut populasi itu. Sebagai contoh, yang kecil adalah sering dikenal untuk satu sama lain tetapi tidak dikenal orang luar. Sebagai konsekwensi, studi banyak orang mulai dengan suatu identifikasi awal dari beberapa masyarakat yang berpengaruh kemudian menentukan siapa yang akan ditanya didapat dari mereka untuk mencalonkan para orang lain berpengaruh. Proses melanjut sampai ada alasan untuk percaya bahwa semua berpengaruh telah dikenali.[3]
B. Prosedur Pengumpulan Data.
Dalam pengumpulan data  ada dua tahap yang ditempuh, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
1.      Tahap persiapan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam tahap ini yakni:
a.       Penulis membuat isterumen kemudian dikonsultasikan pada dosen pembimbing.
b.      Pemeriksaan validas isi istrumen oleh validitor.
c.       Menggunakan isterumen setelah dinyatakan valid.
d.      Mengurus permohonan izin penelitian.
e.       Menghubungi kepala sekolah dan mengkonsultasikan jadwal penelitian dengan guru yang ada pada sekolah itu.
2.    Tahap pelaksanaan.
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan tehnik observasi, dokumentasi dan wawancara.
a.       Observasi.
Pengumpulan data dengan cara ini dilakukan dengan melakukan pengamantan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti seperti keadaaan siswa didalam mengikuti proses belajar mengajar maupun diluar dari proses belajar mengajar serta mengamati bagaimana kegiatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaan dalam menangani siswa yang mengalami kesuitan belajar.
b. Dokumentasi.
Pengumpulan data dengan cara ini yakni dengan melakukan pencatatan tehadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dan melakukan pencatatan terhadap jumlah keseluruhan siswa yang mengalami kesulitan belajar
b.    wawancara/interviu
Pengumpulan data dengan cara ini  dilakukan dengan memberikan  pertanyaan secara lisan kepada salah satu atau lebih responden penelitian. pertanyaan ini berisi tentang kesulitan  yang dialami siswa.
Disamping memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan metode interviu peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaannya. Sikap pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran, serta keseluruhan penampilan, akan sangat berpengaruh terhadap isi jawaban responden yang diterima oleh peneliti.
c.    Snowball.
Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang tidak jelas keberadaaan anggotanya dan tidak pasti jumlahnya dengan cara menemukan satu sampel, jadi pengumpulan data dengan cara ini yakni melakukan wawancara terhadap satu atau lebih responden penelitian mengenai kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa kemudian mencari keterkaitan antara responden yang satu dengan responden yang lain.
C. Teknik Analisis Data.
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian kuantitatif.
Analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.[4]
Tujuan utama analisis data adalah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.
Penelitian kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah.
Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subyek dari kerangka berpikirnya sendiri. Dengan demikian, yang penting adalah pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan partisipan. Oleh karena itu, semua perspektif menjadi bernilai bagi peneliti. Peneliti tidak melihat benar atau salah, namun semua data penting. Pendekatan ini sering disebut juga sebagai pendekatan yang humanistik, karena peneliti tidak kehilangan sisi kemanusiaan dari suatu kehidupan sosial. Peneliti tidak dibatasi lagi oleh angka-angka, perhitungan statistik, variabel-variabel yang mengurangi nilai keunikan individual.
Metode yang digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku dan tidak terstandarisasi. Penelitian kualitatif sifatnya fleksibel, dalam arti kesesuaiannya tergantung dari tujuan setiap penelitian. Walaupun demikian, selalu ada pedoman untuk diikuti, tapi bukan aturan yang mati. Jalannya penelitian dapat berubah sesuai kebutuhan, situasi lapangan serta hipotesa-hipotesa baru yang muncul selama berlangsungnya penelitian tersebut.
Ada berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah penulis mengenai kapan pendekatan kualitatif digunakan. Sebagian besar penulis mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif digunakan bila peneliti ingin memahami sudut pandang partisipan secara lebih mendalam, dinamis dan menggali berbagai macam faktor sekaligus. Selain itu pendekatan kualitif tepat digunakan dalam situasi yang informal, dimana hal ini dimungkinkan oleh topik yang peka bagi responden, latar belakang demografis (pendidikan, tempat tinggal dan sebagainya) tertentu, dan hal lain yang menyebabkan pendekatan kuantitatif sulit diterapkan.[5]
Dengan adanya metode deskriptif kualitatif maka teknik analisa data dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu :
1.      Reduksi Data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan data sebanyak mungkin.
2.      Penyajian Data, yaitu penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti telah siap dengan data yang telah disederhanakan dan menghasilkan informasi yang sistematis
3.      Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses anlisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh dari observasi dan interview. Dengan adanya kesimpulan peneliti akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan benar-benar valid atau maksimal.[6]
Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data atau informasi yang sulit dicari melalui metode kualitatif, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia.[7]




[1]Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D  (Cet. VI; Bandung: CV. Alvabeta, 2008),  h. 204.
[2]Masri Singarimbin dan Sofian Effendi, op. cit., h. 192.
[4]Sugiyono, op. cit., h. 169.
[7] Prof. Dr. Sugiono, Ibid., h. 31.

1 komentar:

  1. Betway Casino Mobile App for iOS & Android - JamHub
    Download Betway Casino 남원 출장샵 Mobile app to enjoy 강원도 출장마사지 slots games, casino slots, table 상주 출장안마 games, blackjack, roulette, 화성 출장샵 and other sports! For mobile apps, 속초 출장샵

    BalasHapus