“Dilema dan romantika pendidikan
Pemicu optimalisasi
pembaharuan
Pemacu motornisasi kemajuan
Sarana ampuh capai
kemaslahatan
Ilmu itu laksana cahaya
Pencerah akal bawa bahagia
penerang batin bawa ke surga
penuntun langkah tuju reda
Allah Ta’ala
Guru adalah bagaikan obor
Tumbuhkan semangat belajar,
dialah motivator
Tuntun murid capai tujuan,
dialah fasilitator
Arahkan jalan yang lurus,
dialah mediator
Berfikir dan belajar
tumbuhkan motivasi
Tugas hidup lebih termotivasi
Kembangkan kemajuan segala
kreasi
Capai hidup berkah sesuai
esensi
Esensi hidup bakti Ilahi
Kembangkan pikiran lewat
intuisi
Menangkan diri lewat
iluminasi
Agar hati tetap bersama
Rabbul Izzati”
PERSPEKTIF
PENDIDIKAN MADRASAH DAN RISET HASIL PELATIHAN ORIENTASI
GURU MATA PELAJARAN IPS SEJARAH YANG di SELENGGARAKAN SE-SULSEL 10 MEI 2012
Dalam
masyarakat modern atau bahkan ketika pertama kali manusia telah mengadministrasikan
dirinya dalam society, pendidikan menjadi keniscayaan publik. Pendidikan yang dimaksud adalah alokasi
manusia dalam satu sistem yang kemudian dikenal dengan nama sekolah. Sekolah
dalam perjalanannya telah memainkan peran yang sangat dominan. Sekolah telah
merekonstrusi dan memproduksi sejarah dan peradaban. Dan akhirnya sekolah menjadi satu-satunya
ritus yang secara konvensional berhak menentukan kebenaran.
Keberhasilan
sekolah mengelola dunia dan menjadikannya menakjubkan, berhasil dengan sukses
menghegemoni masyarakat, dengan sukarela menyerahkan “masa depannya” dikelola secara absolut oleh sekolah.
Sekolah akhirnya kemudian menjelma menjadi
kekuatan dan penguasa yang dominatif terhadap publik, dan publik dijadikan obyek yang patuh di hadapan
kehendak sekolah. Hubungan dominatif ini
pada gilirannya mereduksi relasi antar manusia. Sekolah dengan watak
“penguasa”-nya ujung-ujungnya memproduksi manusia-manusia elite yang “dengan
sengaja” mengalienasi dirinya dari akar-akar sosial, agama dan memposisikan dirinya vis a vis dengan akar kulturalnya sendiri.
Suatu kenyataan yang paradoks dengan slogan pendidikan.
Dengan demikian, tujuan penyelenggaraan pendidikan adalah untuk
menciptakan manusia yang beradab dan berkarakter sesuai pembentukan nilai
sekolah. adapun madrasah merupakan sarana pusat pembinaan peserta didik yang ke
2 setelah pendidikan di psantren yang mendalami pengetahuan agama Islam demi
membina generasi bangsa yang beriman dan bertaqwa.
Pada dasarnya usaha yang dilakukan
oleh sejumlah pihak penyelenggara pendidikan telah terbukti akan keberhasilan dalam mendidik, walau tak
dapat di pungkiri bahwa dualisme dalam pelaksanaan pendidikan masih terjadi
dengan melihat adanya perbedaan dan diskriminasi antara madrasa dan sekolah
umum terhadap pasilitas penunjang
pendidikan yang secara tidak langsung paradiqma masyarakat terhadap
kelangsungan pendidikan pun berubah khususnya, dan pada akhirnya madrasah sudah
dijadikan sarana pelarian.
KTSP DALAM TUNTUTAN PEMBELAJARAN MASA
KINI
(RISET)
Kerikulum tingkat satuan pendidikan merupakan acuan
penyelenggaraan pendidikan baik secara nasional maupun lingkup sekolah yang
disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Salah
satu isi harapan dalam KTSP adalah membentuk pendidikan yang berkarakter dimana
seorang guru diharapkan agar:
1.
Guru mampu memberikan contoh yang berkarakter disekolah,
yaitu guru madrasah diharapkan untuk membentuk kepribadian siswa agar konsep
ajaran agama dapat di inplementasikan kedalam kehidupan sehari-hari.
2.
Penguassan Materi papang, yaitu untuk menghindari cela
terhadap siswa sehingga kelangsungan proses pembelajaran dapat berjalan secara
maksimal.
Seorang guru hendaknya memiliki
keterampilan dalam mengajar untuk menghindari kejenuhan siswa dalam belajar
diantaranya dengan menggunakan strategi PAIKEM yaitu pembelajaran aktif,
Inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
Adapun Karakteristik
PAIKEM yaitu:
•
Pembelajaran Aktif,
inovatif menyenangkan, kreatif, efektif
•
Kesepakatan
sebelum pembelajaran
•
Menggunakan media
•
Mengelompokkan
siswa
•
Menyampaikan tema
•
Meminta pendapat
siswa
•
Menyimpulkan
hasil oleh siswa
Mengajar merupakan
pelibatan siswa dalam belajar, jadi siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam
membangun pengetahuan. . . Karl Adam Smith, 2005
Mengapa Perlu PAIKEM?
1. Tuntutan PP 19 2005yaitu Memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
2. Sudah saatnya
pendididikan bersifat kreasi, sehingga siswa selalu aktif dalam berimajinasi
tanpa merasa ada tekanan.
muhammad arif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar