Kamis, 22 Desember 2011

SYEIKH YUSUF AL-MAKASSARI


SYEIKH YUSUF AL-MAKASSARI
Muhammad Yusuf lahir di Gowa Sulawesi Selatan pada 13 Juli 1627. Ayahnya bernama Abdullah, sementara ibunya adalah seorang wanita keluarga Kerajaan Gowa Sultan Ala’uddin yang bernama Aminah. Nama Muhammad Yusuf diberikan oleh Sultan Ala’uddin sendiri.

Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan Islam yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Kerajaan ini terletak di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Gowa dan beberapa kabupaten di sekitarnya termasuk Kotamadya Makassar.

Muhammad Yusuf dididik menurut tradisi Islam, diajari bahasa Arab, fikih, tauhid dan ilmu-ilmu keagamaan lainnya sejak dini. Sebagai seorang putera keluarga bangsawan, Muhammad Yusuf berkesempatan mengenyam pendidikan yang sangat bagus dengan belajar kepada ulama-ulama ternama pada zamannya, termasuk berkesempatan menimba ilmu di pusat-pusat pendidikan ternama pada zamannya.

Karena salah satu pusat pendidikan keagamaan yang bagus berada di Cikoang, sebagai seorang putera keluarga bangsawan maka Muhammad Yusuf pun berkesempatan belajar ke sana. Cikoang pada saat itu merupakan perkampungan para guru-guru agama. Mereka adalah keluarga-keluarga sayyid(dzurriyat) Rasulullah Muhammad SAW.  Pada usia 15 tahun Muhammad Yusuf belajar di Cikoang pada seorang sufi, ahli tasawuf, mistik, guru agama, dan dai yang berkelana. Beberapa di antara para guru Muhammad Yusuf yang terkenal adalah Syeikh Jalaludin al-Aidit, Sayyid Ba’lawi At-Thahir dan Daeng Ri Tassamang.

Secara geografis, Cikoang saat ini berada termasuk ke dalam wilayah kecamatan Mangarabombang Kabupaten Talakar yang terletak di bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak 60 km dari Kota Metropolitan Makassar. Hingga saat ini, di Cikoang terkenal dengan ritual Maulid Akbar Cikoang atau biasa disebut Maudu’ Lompoa Cikoang (dalam bahasa Makassar) yang merupakan perayaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam perayaan ini digelar berbagai atraksi budaya dengan ritual-ritual keagamaan yang digelar setiap tahun di Bulan Rabiul Awal.
Berdakwah dan Mengembara

Sekembalinya belajar dari Cikoang Muhammad Yusuf menikah dengan seorang putri Sultan Gowa. Pada usia 18 tahun kemudian Muhammad Yusuf memulai pengembaraannya dalam menuntut ilmu. Pada tahun 1644, dengan menumpang kapal Melayu, Muhammad Yusuf segera berlayar untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu-ilmu agama di Timur Tengah.

Sesuai rute perjalanan kapal Melayu yang singgah di berbagai pelabuhan kerajaan-kerajaan Nusantara waktu itu, Muhammad Yusuf banyak menyinggahi berbagai daerah Nusantara. Salah satu yang kemudian menjadi sangat penting dalam perjalanan hidup dan perjuangan Muhammad Yusuf adalah Banten, sebuah pelabuhan dagang yang dikendalikan oleh Kerajaan Islam Banten. Sebagai seorang bangsawan, Muhammad Yusuf bersahabat dengan putra mahkota yang kelak memerintah sebagai Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683), seorang penguasa terakhir Kesultanan Banten. Selain Banten, Muhammad Yusuf juga sempat singgah di Aceh dalam perjalanan pengembarannya ini.

Dari Aceh, Muhamamad Yusuf kemudian berlayar ke Gujarat, Sebuah kawasan yang menjadi salah satu negara bagian India sejak 1 Mei 1960. Gujarat dikenal sebagai tempat yang asal para wali penyebar agama Islam di Nusantara, termasuk beberapa wali songo yang kemudian bermukin di Jawa.

Di Gujarat inilah dikabarkan Muhammad Yusuf sempat bertemu dengan Syeikh Nuruddin Ar-Raniri, salah seorang penasihat Sultonah Shofiyatuddin, raja perempuan Aceh. Syeikh Nuruddin Ar-Raniri adalah negarawan, ahli fikih, teolog, sufi, sejarawan dan sastrawan penting dalam sejarah Melayu pada abad ke-17. Nama aslinya adalah Nuruddin bin Ali bin Hasanji bin Muhammad Hamid Ar-Raniri. Ia lahir di Ranir (Rander), Gujarat, India, dan mengaku memiliki darah suku Quraisy,

Beberapa pendapat menyatakan bahwa Muhammad Yusuf bertemu dangan Syeikh Nuruddin Ar-Raniri ketika Muhammad Yusuf singgah di Aceh. Hal ini didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa Syeikh Nuruddin Ar-Raniri meninggal dunia pada 22 Zulhijjah 1069 H./21 September 1658 M. di Aceh. Pada masa-masa sebelum 1658 M. inilah Muhammad Yusuf bertemu dengan Syeikh Nuruddin Ar-Raniri di Aceh. Dari Syeikh Nuruddin Ar-Raniri inilah Muhammad Yusuf belajar dan mendapatkan ijazah Tarekat Qodiriyah.

Dari Aceh, Muhammad Yusuf kemudian bertolak ke Gujarat, Yaman, Damaskus (Suriyah) hingga akhirnya ke Mekkah dan Madinah. Konon, Muhammad Yusuf sempat berkelana hingga ke Istanbul (Turki) yang disebut dalam tambo-tambo Melayu sebagai “Negeri Rum”. Di Yaman, Muhamamd Yusuf berguru pada Syeikh Abdullah Muhammad bin Abd Al-Baqi,

Di Damaskus Muhammad Yusuf berguru kepada Syeikh Abu Al-Barkah Ayyub
bin Ahmad bin Ayyub Al-Khalwati Al-Quraisyi. Konon gurunya inilah yang memberikan laqob (gelar panggilan) kepada Muhammad Yusuf  dengan “Al-Makassari.”  Syeikh Abu Al-Barkah adalah gurunya yang memberikan ijazah Tarekat Khalwatiyah kepadanya. Kelak, setelah Muhammad Yusuf menjadi seorang ursyid, Ijazah Tarekat Khalwatiyah inilah yang kemudian menjadikannya dikenal sebagai Syeikh Yusuf Tajul Khalwati.

Semenjak berada di Haramain (Makkah-Madinah) Muhamamd Yusuf telah dipandang sebagai guru agama oleh orang-orang Melayu-Indonesia yang datang naik haji ke Tanah Suci. Konon Muhammad Yusuf yang telah menjadi guru dan dipanggil sebagai Syeikh Muhammad Yusuf al-Makassari ini sempat menikah dengan salah seorang putri keturunan Imam Syafi’i di Mekkah yang meninggal dunia waktu melahirkan bayi. Sebelum akhirnya pulang kembali ke Nusantara, Syeikh Muhammad Yusuf al-Makassari sempat menikah lagi dengan seorang perempuan asal Sulawesi di Jeddah.
Berjuang Melawan Penjajahan

Dengan Kedua Isterinya, isteri pertama yang menemaninya selama berkelana dan isteri ketiga yang baru dinikahinya sewaktu di Jeddah, Syeikh Yusuf al-Makassari pun kembali ke Nusantara. Beberapa sumber menyebutkan, Syeikh Yusuf al-Makassari tidak pernah kembali ke Gowa, namun langsung menetap di Banten. Sementara beberapa pendapat menyebutkan, setelah Kesultanan Gowa mengalami kekalahan dalam peperangan melawan Belanda, Syeikh Yusuf al-Makassari kembali berlayar ke Banten, ke tempat sahabatnya semasa remaja yang kini telah menjadi seorang raja bergelar Sultan Ageng Tirtayasa.

Di Banten, Sekitar tahun 1670 Syeikh Yusuf al-Makassari diangkat menjadi mufti (penesehat spiritual) dengan murid dari berbagai daerah, termasuk 400 orang asal Makassar yang dipimpin oleh Ali Karaeng Bisai. Syeikh Yusuf al-Makassari tinggal kemudian menikah lagi dengan Putri Sultan Ageng Tirtayasa.

Kedalaman ilmu yang dimiliki Syeikh Yusuf menjadikan Beliau begitu cepat terkenal dan menjadikan Banten sebagai Pusat pendidikan Islam. Banyak Murid murid yang berdatangan dari berbagai penjuru negeri untuk belajar kepada Syeikh Yusuf al-Makassari. Disamping mengajarkan tentang ilmu-ilmu syariat beliau juga mengajarkan ilmu beladiri untuk berjuang bersama melawan penjajah Belanda. Sehingga banyak di antara para pendekar di kesultanan Banten adalah murid Syeikh Yusuf al-Makassari.

Murid -murid Syeikh yusuf Al makassari terkenal sebagai pendekar pendekar Banten yang kebal terhadap Senjata membuat Pasukan Belanda kalang kabut. Syeikh Yusuf al-Makassari memiliki pengaruhnya yang sangat besar terhadap rakyat Banten untuk melawan Penjajah Belanda. Syeikh Yusuf al-Makassari memiliki peran sangat penting dalam penyerbuan Banten ke Batavia. Ketika Belanda berhasil memecah belah serta mengadu domba terhadap keluarga Sultan, maka Banten terpaksa direpotkan oleh pemberontakan dari dalam keluarga kerajaan sendiri. Sultan Ageng Tirtayasa pun terpaksa berperang melawan puteranya sendiri yang bernama Sultan Haji dengan dukungan militer Belanda. Syeikh Yusuf al-Makassari beserta 4.000 tentara Makassar dan Bugis memihak Sultan Ageng Tirtayasa.

Ketika pasukan Sultan Ageng dikalahkan Belanda tahun 1682, Syeikh Yusuf  al-Makassari pun turut terlibat dalam perang gerilya. Syeikh Yusuf  al-Makassari terus memimpin pasukannya bersama Pangeran Purabaya mengobarkan perang gerilya. Pasukan yang dipimpinnya bergerilya hingga ke Karang dekat Tasikmalaya.

Namun pada tahun ini juga Syeikh Yusuf  al-Makassari dapat ditangkap oleh Belanda. Awalnya, Syeikh Yusuf  al-Makassari ditahan di Cirebon kemudian dipindahkan ke Batavia (Jakarta). Karena pengaruhnya yang begitu besar dianggap membahayakan kompeni Belanda. Syeikh Yusuf  al-Makassari dan keluarga kemudian diasingkan ke Sri Lanka.

Pada bulan September 1684, Syeikh Yusuf  al-Makassari bersama dua istrinya, beberapa anak, 12 murid, dan sejumlah perempuan pembantu dibuang ke pulau Ceylon, kini Sri Lanka. Sementara Sultan Ageng Tirtayasa sendiri berhasil ditangkap dan dikurung di Batavia hingga meninggal sebagai tawanan Belanda pada tahun 1692 M.

Karena telah berada dalam pengasingan Belanda, maka sejak di Sri Lanka inilah secara praktis, Syeikh Yusuf  al-Makassari tidak lagi dapat menjalani dan memimpin perjuangan fisik. Maka Syeikh Yusuf  al-Makassari pun mulai mencurahkan seluruh hidupnya untuk diabdikan dalam penyebaran dan pengembangan agama Islam. Syeikh Yusuf  al-Makassari kemudian menulis karya-karya keagamaan dalam bahasa Arab, Melayu, dan Bugis.

Di pengasingannya di Sri Lanka, Syeikh Yusuf  al-Makassari bertemu dengan ulama Sri langka bernama Syeikh Ibrahim bin Mi’an dan sering mengadakan diskusi kegamaan dan majlis ta’lim. Pembahasan tentang konsep Tasawuf yang diajarkan oleh Syeikh Yusuf  al-Makassari sangat menarik minta para ulama serta jama’ah setempat dan mereka meminta kepada Syeikh Yusuf  al-Makassari untuk membuat sebuah kitab tentang tasawuf. Syeikh Yusuf  al-Makassari  akhirnya mengarang Kitab tentang konsep tawasuf yang berjudul “Kaifiyatut Tasawwuf.”

Dari pengasingannya, Syeikh Yusuf  al-Makassari aktif menyusun sebuah jaringan Islam yang luas di kalangan para haji yang singgah di Sri Lanka, di kalangan para penguasa, dan raja-raja di Nusantara. Melalui jamaah haji yang singgah ke Sri Lanka, Syeikh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara. Para kafilah haji inilah yang membawa karya-karya Syeikh Yusuf  al-Makassari ke Nusantara sehingga dapat dibaca di Indonesia sampai sekarang. Di Sri Lanka, Syeikh Yusuf  al-Makassari tetap aktif menyebarkan agama Islam, sehingga memiliki murid ratusan, yang umumnya berasal dari India Selatan. 
Dakwah Tiada Henti

Mengingat aktivitas dakwah Syeikh Yusuf al-Makassari yang terus meningkat dan dinilai membahayakan stabilitas politik penjajahan Belanda, maka VOC lalu mengambil keputusan memindahkan Syeikh Yusuf al-Makassari ke Kaapstad di Afrika Selatan. Belanda khawatir dampak dakwah agama Syeikh Yusuf al-Makassari akan berpengaruh buruk bagi dan politik Belanda di Nusantara. Murid-murid Syeikh Yusuf al-Makassari terus mengobarkan perlawanan-perlawanan yang mengancam kekuasaan Belanda di Nusantara.

Dalam usia 68 tahun, Syeikh Yusuf al-Makassari beserta rombongan pengikutnya terdiri dari 49 orang tiba di Tanjung Harapan tanggal 2 April 1694 dengan menumpang kapal Voetboog. Syeikh Yusuf al-Makassari di tempatkan di Zandvliet, desa pertanian di muara Eerste Rivier, dengan tujuan supaya tidak bisa berhubungan dengan orang-orang Indonesia yang telah datang lebih dahulu. Syeikh Yusuf al-Makassari membangun pemukiman di Cape Town yang sekarang dikenal sebagai Macassar.

Bersama ke-12 pengikutnya yang dinamakan imam-imam, Syeikh Yusuf al-Makassari memusatkan kegiatan pada menyebarkan agama Islam di kalangan budak belian dan orang buangan politik, termasuk di kalangan orang-orang Afrika kulit hitam yang telah dibebaskan dan disebut Vryezwarten.

Syeikh Yusuf al-Makassari terus berjuang menyebarkan syiar Islam, memelihara dan mempertahankan agama Islam di Afrika Selatan. Syeikh Yusuf al-Makassari kemudian hidup sebagai sufi yang mengajarkan tarekat Qadiriyyah, Shattariyyah, dan Rifaiyyah di kalangan Muslim Afrika Selatan. 
Karomah dan Kewalian

Sebagai seorang mursyid tarekat, Syeikh Yusuf al-Makassari dikisahkan memiliki berbagai karomah dan kewalian. Salah satu yang sangat terkenal adalah mengislamkan kapten kapal yang membawanya ke pengasingan terakhir menuju Afrika Selatan. Menurut cerita, dalam pelayaran yang membawanya menuju Kapstaad, atas kapal Voetboog yang ditumpanginya beserta rombongan dihantam oleh badai besar yang membuat nakhoda berkebangsaan Belanda, Van Beuren, ketakutan karena mengira kapalnya akan tenggelam. Namun berkat wibawa dan karisma Syeikh Yusuf al-Makassari kapten beserta nahkoda kapal dapat tetap tenang dan mengendalikan kapal dengan selamat sampai di Kaapstad. Akibat pengalaman tersebut, sang kapten memeluk agama Islam dan turut tinggal di pengasingan bersama Syeikh Yusuf al-Makassari. Sampai sekarang keturunan kapten kapal ini tetap memeluk Islam Muslim masih bermukim di Afrika Selatan.

Di Afrika Selatan, Syeikh Yusuf al-Makassari tetap berdakwah, dan memiliki banyak pengikut. Ketika ia wafat pada tanggal 23 Mei 1699 M. para pengikut Syeikh Yusuf al-Makassari menjadikan hari wafatnya sebagai hari peringatan. Syeikh Yusuf al-Makassari dimakamkan di Faure, Cape Town. Makamnya terkenal sebagai Karamah yang berarti keajaiban  atau mukjizat. Bahkan, Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan, menyebut Syeikh Yusuf al-Makassari yang juga salah seorang pahlawan nasional Indonesia ini sebagai 'Salah Seorang Putra Afrika Terbaik'.

Sultan Gowa meminta kepada VOC supaya jenazah Syeikh Yusuf al-Makassari dibawa kembali ke Tanah Airnya. Permintaan ini dikabulkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, sehingga jasad Syeikh Yusuf al-Makassari pun diboyong kembali ke Nusantara. Jasad Syeikh Yusuf al-Makassari tiba di Goa pada tanggal 5 April 1705 dan dimakamkan kembali di Lakiung (sebuah wilayah di kerajaan Gowa) pada hari Selasa tanggal 6 April 1705 M./12 Zulhidjah 1116 H.
Seperti makamnya di Faure, makamnya di Lakiung juga banyak diziarahi masyarakat.


Sabtu, 17 Desember 2011

WAKTU BELAJAR

Waktu Belajar
Kalau siswa dan mahasiswa ditanya, KENAPA TIDAK BELAJAR?
Jawabannya, Karena nggak ada waktu untuk Belajar.
Tidak percaya ya??? ??????????
Kalau dilihat dari logika (alasan) ini, sebenarnya BUKAN SALAH SISWA bila ia tidak lulus ujian, Mengapa??? Karena tidak sempat Belajar kodoong.
Tahukah Anda, setahun itu hanya terdapat 365 hari yang kita tahu sebagai tahun akademik siswa?
Mari kita hitung Hari efektif Siswa Belajar dalam satu tahun!
Hari Minggu; 52 hari dalam setahun, Anda pasti tahu kalau hari minggu adalah untuk istirahat.
Hari Belajar tersisa tinggal 313 Hari.
Hari Libur (Nasional maupun Internasional); Tak kurang dari 13 hari Libur setahun.
Hari Belajar tersisa tinggal 300 Hari.
Liburan sekolah; Jelas semua siswa akan berlibur dan tidak akan belajar. Biasanya dalam setahun total 2 bulan lebih, anggaplah sekitar 60 hari.

Hari Belajar tersisa tinggal 240 Hari.
TIDUR 8 Jam sehari untuk kesehatan; berarti 120 hari terpakai untuk tidur.
Hari Belajar tersisa tinggal 120 Hari..
Tentu kita beribadah, kan? Paling tidak 1-2 jam kita beribadah, kita alokasikan 25 hari dalam setahun.
Hari Belajar tersisa tinggal 95 Hari..
Bermain yang juga baik untuk kesegaran dan kesehatan, paling tidak memerlukan 1 jam sehari. Terpakai lagi 15 hari.
Hari Belajar tersisa tinggal 80 Hari..
MAKAN! paling tidak selama satu hari kita habiskan 2 jam untuk makan/minum, hilang lagi 30 hari.
Hari belajar tersisa tinggal 50 Hari..
Jangan lupakan, Manusia adalah makhluk sosial, butuh berinteraksi dengan orang lain, kita ambil 1 jam per hari untuk berbicara. 15 hari terpakai lagi.
Hari belajar tersisa tinggal 35 Hari..
Kita pun bisa sakit; paling tidak 5 hari dalam setahun, sudah cukup mewakili.
Hari belajar tersisa tinggal 30 Hari..
Ujian itu sendiri biasanya dilaksanakan selama 2 minggu per semester, berarti, 24 hari sudah teralokasi untuk ujian.
Hari belajar tersisa tinggal 6 Hari..
Nonton dan jalan-jalan paling tidak 5 hari dalam setahun (kalo dirata-rata ini kurang dari 20 menit per hari).
Hari belajar tersisa tinggal 1 Hari.
Satu hari yang sisa itu kan HARI ULANG TAHUN,
masa' untuk belajar sih?????
Pantas kasian!! Mau Pintar Malas Belajar. Susahko!!!!!!!

Kamis, 15 Desember 2011

SINJAI BARAT DALAM ANGKA

sinjai barat dalam angka 2010
(Muhammad Arif)

Ditulis oleh Administrator
LETAK GEOGRAFIS Kecamatan Sinjai Barat terdiri dari terdiri dari 7 desa dan 2 kelurahan,
semua desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Sinjai Barat bukan merupakan wilayah pantai
karena letak kecamatan ini berada di dataran tinggi. Klasifikasi desa/kelurahan di Sinjai barat
adalah termasuk desa swakarya. Jarak ibukota kecamatan Sinjai barat (kelurahan Tassililu) ke
ibukota kabupaten sekitar 55 km. LUAS, LETAK DESA/KELURAHAN
DAN JARAK IBUKOTA KECAMATAN-KABUPATEN LUAS (KM 2 )
JARAK IBU KOTA KAB
LETAK DARI PERMUKAAN LAUT
Gunung perak 22,99
52
± 950
Balakia
3,70
58
± 950
Tassililu
5,44
55
± 800
Arabika
9,46
48
± 900
Barania
18,78
49
± 925
1 / 7
sinjai barat dalam angka 2010
Ditulis oleh Administrator
Botolempangan 18,22
46
± 750
Bonto salama 14,50
58
± 600
Turungan baji
18,60
62
± 600
Terasa 23,84 61 PEMERINTAHAN Kecamatan dengan 9 desa/kelurahan ini terbagi atas 34 dusun dan 6
lingkungan (keadaan 2009), dusun dan lingkungan tersebut masih terbagi lagi atas 100 RW/RK
yang terbagi lagi kedalam 241 RT, sedangkan jumlah pamong desa sebanyak 9 orang, jumlah
LPM sebanyak 9 lembaga dan jumlah lembaga pemuda adalah 2 unit per desa.
Pada tahun 2009 terdapat 13 Proyek pembangunan di kecamatan sinjai barat yang bergerak
dibidang perhubungan dan sosial dengan sumber dana berasal dari APBN (PNPM). Bidang
yang paling banyak menelan biaya adalah bidang perhubunganl.
PENDUDUK Penduduk Kecamatan Sinjai Barat pada tahun 2009 sekitar 23.597 jiwa, jumlah
penduduk ini mengalami peningkatan sebesar 15,98 % untuk kurun waktu 10 tahun (jumlah
penduduk th 2000 mencapai 20.345 jiwa). Dengan luas 135,53 km 2 kecamatan
sinjai barat memiliki kepadatan penduduk sekitar174
orang per km
2
pada tahun 2009 (rata-rata kepadatan penduduk per tahun ± 180 orang per km
2
), desa/kelurahan dengan kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2009 adalah Kelurahan
Tassililu.
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN SEX RATIO PER DESA/KEL TH
2009 LAKI-LAKI
PEREMPUAN
TOTAL PENDUDUK
SEX RATIO
Gunung perak
1511
2 / 7
sinjai barat dalam angka 2010
Ditulis oleh Administrator
1646
3157
92
Balakia
572
674
1246
85
Tassililu
2090
2367
4457
88
Arabika
1229
1240
2469
99
Barania
729
1039
1768
70
Botolempangan
1446
1518
2964
95
Bonto Salama
1513
1362
2875
111
Turungan baji
963
938
1901
103
3 / 7
sinjai barat dalam angka 2010
Ditulis oleh Administrator
Terasa 1432 1328 2760
108
Penduduk Kecamatan Sinjai Barat pada umunya bermatapencaharian dibidang pertanian dan
perkebunan dengan produksi utama dibidang pertanian adalah padi dan dibidang perkebunan
adalah tembakau, cengkeh, coklat dan kopi.
SOSIAL PENDIDIKANPerkembangan dunia pendidikan di Kecamatan Sinjai Barat selama 10
tahun terakhir mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan fasilitas pendidikan
seperti pembangunan dan perbaikan sekolah, penambahan kualitas dan kuantitas guru yang
mengajar serta fasilitas pendukung pendidikan lainnya (buku-buku, alat peraga, ruang kelas dll).
Sekolah di Kecamatan Sinjai barat ada mulai dari TK sampai jenjang pendidikan
SMA/sederajat. JUMLAH SEKOLAH, RUANG BELAJAR, MURID DAN
GURU TH 2009 MENURUT JENIS SEKOLAH DI KEC.SINJAI BARAT JML SEKOLAH JML RUANG BELAJAR
JML MURID
GURU
Laki-laki Perempuan
Taman kanak kanak
8
16
145
154
32
SD
27
163
1538
1449 232
SMP 3
34
414
495
71
SMA 1
9
150
216
4 / 7
sinjai barat dalam angka 2010
Ditulis oleh Administrator
39
Ibtidaiyah 5
16
164
145
49
Tsanawiyah 4
12
112
117
55
Aliyah 4
12
162
197
66
PERUMAHAN DAN KESEHATANDikecamatan Sinjai barat terdapat 5.474 bangunan tempat
tinggal pada tahun 2009, jumlah ini meningkat 36,88 % dari 10 tahun yang lalu yakni tahun
2000 yang hanya sekitar 3.999 bangunan. Dari jumlah bangunan tempat tinggal tersebut
sebanyak 30 % merupakan rumah panggung, 20 % rumah semi permanen dan 50 % rumah
permanen. Fasilitas kesehatan di Kecamatan ini terdiri dari 9
unit puskesmas/puskesmas pembantu dan 38 unit posyandu. Untuk memenuhi kebutuhan
akan perawatan kesehatan bagi masyarakat Kecamatan Sinjai Barat maka pemerintah
mengalokasikan 3 dokter umum, 32 orang perawat kesehatan, 13 bidan yang masing-masing
tersebar hampir diseluruh desa/kelurahan di kecamatan Sinjai Barat.
PERTANIAN Kecamatan Sinjai barat memiliki potensi pertanian yang cukup besar, dengan total
luas sawah 1.688 ha dengan 50 % wilayah tersebut menggunakan sistem pengairan
sederhana, 40 % menggunakan sistem pengairan teknis dan 10 % menggunakan sistem
pengairan non PU, maka rata-rata produksi padi per tahunnya adalah 16.987 ton.
Selain bidang pertanian, bidang perkebunan merupakan bidang yang sangat potensi, dengan
luas areal perkebunan sebesar 1.961 Ha, maka produksi dibidang perkebunan antara lain kopi
sebanyak 2.040 ton, tembakau sebanyak 286 ton, coklat sebanyak 320 ton dan cengkeh
sebanyak 252 ton.
Dibidang peternakan, jenis ternak yang banyak di budidayakan adalah sapi potong, sapi perah,
kuda, kambing dan unggas (ayam dan itik).
POPULASI TERNAK DI KEC.SINJAI BARAT TH 2009 MENURUT DESA/KEL JML SAPI
JML SAPI PERAH
JML KUDA
5 / 7
sinjai barat dalam angka 2010
Ditulis oleh Administrator
JML KAMBING
JUMLAH UNGGAS
Gunung perak 973
45 76
985
3809
Balakia
308
43 23
162
2406
Tassililu
723
68 61
541
10618
Arabika
645
12 8
380
3541
Barania
612
71
40
457
1397
Botolempangan
666
5 28
274
4243
Bonto salama 503
- 6
257
4492
Turungan baji
724
- 24
203
6 / 7
sinjai barat dalam angka 2010
Ditulis oleh Administrator
25911
Terasa
815
- 162
156
4069
INDUSTRI DAN ENERGI Di Kecamatan sinjai barat terdapat 586 usaha/perusahaan industri
yang 95 % merupakan industri kerajinan atau industri rumah tangga dan sisanya adalah industri
kecil. Industri tersebut umumnya bergerak dibidang industri bahan makanan dan minuman
seperti gula merah, industri tembakau maupun industri bahan bangunan seperti kusen, pintu
dan jendela. Dibidang energi khususnya listrik, hampir seluruh
desa/kelurahan di kecamatan ini mendapatkan aliran listrik PLN, kecuali desa Turungan baji
dan Terasa yang belum menikmati aliran listrik PLN, ada sekitar 2.379 rumah tangga di
kecamatan sinjai barat yang telah menikmati aliran listrik PLN, 109 listrik generator, 2 listrik
tenaga surya.
PEREKONOMIAN Dibidang perdagangan, kecamatan sinjai barat memiliki 3 pasar umum,
dengan rincian jumlah kios sebagai berikut : Kios barang campuran
= 163
Kios pakaian
= -
Kios bahan bangunan
= 11
Kios hasil bumi
= -
Warung makan = 35
sedangkan jumlah koperasi yang ada yaitu 2 unit KUD yang ada di Kelurahan Tassililu dan
desa Arabika dengan jumlah anggota 837 orang, serta 6 koperasi non KUD dengan jumlah
anggota 526 orang.
7 / 7

hasil Skripsi


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kondisi Lokasi  Penelitian
Kelurahan Balakia merupakan Daerah yang terletak di kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, profinsi Sulawesi Selatan. Adapun jarak antara kelurahan Balakia dengan kota Sinjai sejauh ±70 KM dan jaraknya dari kota Makassar ± 100 KM. sedangkan batas kelurahan Balakia yaitu:
-                         Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa
-                         Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tassililu
-                         Sebelah barat berbatasan dengan gunung Bawa Karaeng
-                         Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gunung Perak
Menurut data yang diperoleh dari kelurahan Balakia kecamatan Sinjai Barat kabupaten Sinjai bahwa kelurahan Balakia merupakan daerah yang penduduknya beragama Islam sehingga nilai-nilai budaya ke Islaman masih di junjung tinggi. Oleh karena itu, eksistensi masyarakat yang relejius masih sangat dipertahankan.
Adapun populasi penduduk Kelurahan Balakia mencapai 1511 jiwa, dan 396 kepala keluarga berdasarkan tabel berikut:

Tabel Populasi Penduduk Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
No
Lingkungan
Jumlah KK      KK     KK            KK
                      Miskin  Berada Kederhana                      
1
Siria
      90                31           4               95
2
Bungaya
      104              36           2              102 
3
Balang balang
      99                30          5              98
4
Sumpang Romang
      73                23          1              74
Jumlah
      396             120        12             264
Jumlah Penduduk
1511 Jiwa
Sumber data: Data statistik Kelurahan Balakia, 1 Juli 2010
            Bardasarkan data diatas, dapat diketahui Bahwa jumlah keluarga di kelurahan Balakia sekitar 396 keluarga dari 1511 jiwa dan yang tergolong miskin berjumlah 120 keluarga sedangkan yang tergolong berada berjumlah 12 keluarga, dan 264 keluarga lainnya tergolong klas ekonomi menengah.
B.     Kondisi Ekonomi Masyarakat Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
            Sebelum penulis menguraikan kondisi ekonomi masyarakat Kelurahan Balakia, maka terlebih dahulu penulis kemukakan mata pencaharian masyarakat Kelurahan Balakia.
            Pada umumnya mata pencaharian setiap keluarga di kelurahan Balakia adalah bekerja sebagai petani ladan. Meskipun sebahagian sudah maju dari segi tehknik mengolah ladang, namun masih teringgal dari segi tehknologi kerana ketidak sanggupan membeli peralatan seperti traktor dan-lain-lain sebagainya.
            Pekerja ladang tidak hanya dilakukan oleh laki-laki dewasa saja tapi juga melibatkan perempuan dan anak-anaknya, disebabkan karena laki-laki tidak sanggup melakukannya sendiri.
           
 Penghasilan masyarakat merupakan petani padi, kebun, Peternak sapi, dan buru harian. Oleh karena itu, menurut Muhammad Jaya selaku sekertaris Lurah Balakia mengatakan bahwa: masyarakat jadi miskin disebabkan karena 3 faktor yaitu:
1.    Tingkat pendidikan Rendah
Pendidikan merupakan proses pengarahan dan pembimbingan kearah yang lebih dewasa yang dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan memudahkan untuk mendapakan lapangan kerja yang lebih luas. Dengan demikian, tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan  bekerja hanya mengandalakan otot tanpa mengandalkan otak, misalnya buru harian yang hanya mendapatkan pendapatan Rp. 30.000 perhari, petani padi yang terbatas lahannya yang jika di kalkulasi pendapatannya perhari hanya Rp. 5.000 - Rp.10.000 perhari dan lain-lain sebagainya.


2.      Keterbatasan lahan (Sumber Daya Alam)
Salah satu faktor yang mempengaruhi status ekonomi adalah kurangnya Sumber daya Alam (SDA) oleh karenanya kemiskinan petani akibat karena lahannya yang terbatas, akan mengakibatkan penghasilan juga terbatas sebagaiman wawancara peneliti bersama seorang responden yang bernama Mansur N, Bahwa : “penghasilan kami tidak menentu disebabkan karena lahan yang kami garap Cuma satu petak saja”.[1]
3.      Usia lanjut  
Seperti diketahui dalam kehidupan modern, salah satu prinsip yang melandasi kemajuan di berbagai bidang adalah prinsip efisiensi. Prinsip ini terutama berpangkal pada pemanfaatan waktu sebaik-baiknya. Meskipun sebagian masyarakat yang memiliki lahan akan tetapi ketidak sanggupan mengolah lahannya sehingga di parokan kepada orang lain dengan sistem bagi hasil. Berikut wawancara peneliti terhadap salah seorang responden yang bernama Habibu bahwa: “sawah kami telah di parokan, mengingat kami tidak dapat lagi bekerja disebabkan usia sudah menghampiri 100 tahun dan juga harus menghidupi seorang anak yang cacat.
Adapun keluarga tergolong berada yaitu yang kategori pengusaha cengkeh, kopi, pejabat, dan pedagan, yang penghasilan mereka berkisar antara Rp. 100.000- Rp . 600.000 perhari atau Rp.3000.000 sampai Rp. 18.000.000 perbulan.
C.  Konsep Pendidikan Islam Tentang Pengetasan Kemiskinan di Kelurahan Balakia
Pendidikan  Islam pada dasarnya adalah merupakan upaya pembinaan dan pengembangan potensi manusia agar tujuan kehadirannya di dunia ini sebagai hamba Allah dan sekaligus khalifah Allah tercapai sebaik mungkin. Potensi yang dimaksud meliputi potensi jasmaniah dan rohaniah seperti akal, perasaan, kehendak dan aspek rohaniah lainnya. Dalam wujudnya, pendidikan Islam dapat menjadi upaya umat secara bersama, atau upaya lembaga kemasyarakatan yang memberikan jasa pendidikan bahkan dapat pula menjadi usaha manusia itu sendiri untuk mendidik dirinya sendiri. Ruang lingkup pendidikan Islam meliputi keseluruhan ajaran Islam yang terpadu dalam keimanan (akidah) serta ibadah dan muamalah yang implikasinya mempengaruhi proses berfikir, merasa berbuat dan terbentuknya kepribadian yang pada gilirannya terwujud pada inplementasi ajaran Islam sebagai wujud manusia muslim.[2]
            Kesadaran akan kewajiban mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah terhadap keluarga miskin merupakan bentuk inplementasi dari pendidikan Islam yang dimiliki oleh masyarakat Kelurahan Balakia, sebagaimana wawancara peneliti terhadap beberapa responden yaitu:
Hj. Rosi: bahwa “kami mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah merupakan inplementasi dari ajaran Islam yang kami pahami adapun zakat fitrah dan zakat mal kami berikan kepda remaja masjid Haqqul yaqien Balang-balang untuk dikololah dan di salurkan kepada keluarga yang tergolong miskin”.
Puang Culli: bahwa “mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam”.
Sulaiman: bahwa zakat, infaq dan shadaqah merupakan kewajiban jika ada kemampuan.
Sulaiman S: zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim baik berupa zakat firah maupun zakat mal. Sedangkan infaq dan shadaqah adalah suatu yang disunnahkan dan penting dilakukan untuk membantu saudara-saudara kita yang tergolong miskin.[3]
            Dari beberapa responden diatas yang telah peneliti wawancarai, dapat di generalisasikan bahwa masyarakat kelurahan Balakia pada umumnya menyadari akan kewajiban mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah sebagai inplementasi ajaran Islam.



D. Penerapan Konsep Pendidikan Islam melalui pemberdayaan zakat Infak dan Shadaqah Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan di Kelurahan Balakia Kecaatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai

            Pengentasan kemiskinan pada dasarnya merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan seluruh warga masyarakat. Oleh karenanya, di Kelurahan Balakia yang penduduknya beragama Islam, yang kaya/berkecukupan dapat membantu fakir miskin dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah (ZIS).
            Untuk mengetahui bagaimana penerapan konsep pendidikan Islam terhadap Pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan zakat, infaq dan shadaqah di Kelurahan Balakia, maka di teliti hal berikut:
1.   Keluarga berada
Table 1
Peneliti melakukan wawancara terhadap keluarga berada bahwa apakah mereka mengeluarkan zakat mal.
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
Sering
5
41%
3
Kadang-kadang
6
50%
4
Tidak Pernah
1
9%
Jumlah
12
100 %
     Sumber data: Analisis angket item 1 
            Data pada tabel di atas, menunjukkan terdapat 5  atau 41% yang menjawab sering, 6 orang  responden atau 50% yang memilih jawaban kadang-kadang dan 1 orang atau 9% responden yang menjawab tidak pernah. sehingga dapat digeneralisasikan bahwa masyarakat memiliki kesadaran akan kewajiban mengeluarkan zakat mal, sebagai upaya pengentasan kemiskinan di kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai, adapun 1 responden yang tidak mengeluarkan zakat mal dikarenakan ketidak tahuannya akan hal itu, sebagaimana wawancara peneliti kepada responden yang bernama Karaeng baco’ bahwa: “kami sekeluarga tidak pernah mengeluarkan zakat mal kerena tidak mengetahui nizab dan haulnya”.[4]
Table 2
Peneliti melakukan wawancara terhadap keluarga berada bahwa apakah mereka pernah mengeluarkan zakat fitrah pada bulan ramadhan
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
Sering
12
100%
3
Kadang-kadang
-
0%
4
Tidak Pernah
-
0%
Jumlah
12
100%
            Sumber data: Analisis angket item 2
            Data pada tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat 12 orang atau 100% responden menjawab sering (aktif) mengeluarkan zakat fitrah setiap bulan ramadhan, yang menjawab kadang-kadang tidak terdapat seorang pun responden, dan yang menjawab tidak pernah tidak terdapat seorang responden.  sehingga dapat digeneralisasikan bahwa masyarakat memiliki kesadaran akan kewajiban mengeluarkan zakat fitrah atas setiap muslim sehingga 100% menunjukkan bahwa mereka aktif mengeluarkan zakat fitrah pada bulan ramadhan sebagai inplementasi pendidikan Islam terhadap pengentasa kemiskinan di kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
Table 3
Peneliti melakukan wawancara terhadap keluarga berada bahwa apakah mereka pernah mengeluarkan shadaqah
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
Sering
9
75%
3
Kadang-kadang
3
25%
4
Tidak Pernah
-
0%
Jumlah
12
100%
            Sumber data: Analisis angket item 3
            Pada analisis angket item ke 3 diatas menunjukkan bahwa 9 orang atau 75% responden yang sering mengeluarkan shadaqah terhadap keluarga yang tergolong miskin dan yang menjawab kadang-kadang terdapat 3 orang atau 25%, dan tidak terdapat responden yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa keluarga berada di Kelurahan Balakia pada umumnya sering mengeluarkan shadaqah.
Table 4
Peneliti melakukan wawancara terhadap keluarga berada bahwa apakah mereka pernah mengeluarkan infaq
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
Sering
9
75%
3
Kadang-kadang
2
16%
4
Tidak Pernah
1
9%
Jumlah
12
100%
            Sumber data: Analisis angket item 4
            Pada analisis angket item ke 4 diatas menunjukkan bahwa yang menjawab kategori sering 9 orang atau 75% responden yang mengaku sering mengeluarkan infaq, sedangkan yang menjawab kadang-kadang 2 orang atau 16% responden, dan yang menjawab tidak pernah 1 orang atau 9%  responden yang tidak pernah mengeluarkan infaq selama sudah berkeluarga. Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa kebanyakan responden yang menjawab sering. Adapun responden yang menjawab tidak pernah dikarenakan  sang suami jarang dirumah. Berikut hasil wawancara peneliti terhadap salah seorang responden yang bernama kakamica bahwa: “kami tidak pernah mengeluarkan infaq sebab suami selalu merantau namun kami selalu bershadaqah”.[5]
Akumulasi Data dari keluarga berada tentang pemberdayaan zakat, infaq dan shadaqah di Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat         Kabupaten Sinjai
No.
Akumulasi Data Menurut
Tabel
Persentase Menurut Kategori
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
1
Data pada tabel 1
41
50
9
2
Data pada tabel 2
100
-
-
3
Data pada tabel 3
75
25
-
4
Data pada tabel 4
75
16
9
Rata-rata (%)
291
=73,75%
91
=22,75%
16
=4%
        Berdasarkan data pada tabel di atas terdapat responden memilih jawaban kategori sering mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah berjumlah 73,75% responden dan yang menjawab kadang-kadang berjumlah 22,75% responden, sedangkan yang menjawab tidak pernah berjumlah 4% responden.
        Dari akumulasi data tersebut menunjukkan bahwa upaya dan kesadaran masyarakat mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah sebagai upaya pengentasan kemiskinan terlaksana dengan baik di Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
2.   Keluarga miskin
Tabel 5
Peneliti melakukan wawancara terhadap keluarga Miskin bahwa apakah mereka pernah menerima zakat mal
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
Sering
2
16%
3
Kadang-kadang
5
42%
4
Tidak Pernah
5
42%
Jumlah
12
100 %
            Sumber data: Analisis angket item 1

            Pada analisis tabel diatas, menunjukkan bahwa yang menerimah zakat mal terdapat 2 orang atau 16% yang menjawab Sering, sedangkan yang menjawab kadang-kadang berjumlah 5 orang atau 42% dan yang menjawab tidak pernah berjumlah 42% responden. Sehingga dapat digeneralisasikan bahwa masyarakat miskin sering menerima zakat mal dari keluarga tergolong berada. Adapun masyarakat yang tidak pernah menerimah berjumlah 42% karena tidak terjangkau disebabkan tidak adanya badan zaka infak dan shodaqah (BAZIS) yang bertugas menerimah, mengololah dan menyalurkannya secara merata.

Tabel 6
Peneliti melakukan wawancara terhadap keluarga Miskin bahwa apakah mereka pernah menerima zakat fitrah
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
Sering
11
91%
3
Kadang-kadang
-
0%
4
Tidak Pernah
1
9%
Jumlah
12
100 %
            Sumber data: Analisis angket item 2
            Pada alisis data diatas, menunjukkan bahwa keluarga yang tergolong miskin yang menerimah zakat fitrah kategori sering berjumlah 11 orang atau 91% sedangkan yang menjawab kadang-kadang tidak terdapat responden dan yang menjawab tidak pernah hanya 1 responden. Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa pembagian zakat fitrah hampir merata dengan melihat hanya 1 atau 9% responden yang menjawab tidak pernah menerimah zakat fitrah. Berikut wawancara dengan seorang responden yang tidak pernah menerima zakat fitrah yang bernama Agus, bahwa : “kami tidak pernah menerima zakat fitrah karena tidak terdaftar di panitia masjid, meskipun kami terdaftar di kelurahan sebagai keluarga miskin”[6].
Tabel 7
Peneliti melakukan wawancara terhadap keluarga Miskin bahwa apakah mereka pernah menerima shadaqah
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
Sering
6
50%
3
Kadang-kadang
6
50%
4
Tidak Pernah
-
0%
Jumlah
12
100 %
            Sumber data: Analisis angket item 3
           
            Data pada tabel di atas, menunjukkan bahwa terdapat 6 orang atau 50% responden yang menjawab kategori sering mendapatkan shadaqah, sedangkan yang menjawab kadang-kadang berjumlah 6 orang atau 50% responden, dan yang menjawab tidak pernah tidak terdapat responden. Dengan demikian, dapat digeneralisasikan bahwa masyarakat miskin di kelurahan balakia pada umumnya sering menerima shadaqah.

Tabel 8
Peneliti melakukan wawancara terhadap keluarga Miskin bahwa apakah mereka pernah menerima infaq

No.
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
Sering
7
58%
3
Kadang-kadang
5
42%
4
Tidak Pernah
-
0%
Jumlah
12
100 %
            Sumber data: Analisis angket item 4
            Data pada tabel di atas, menunjukkan bahwa 7 orang atau 58% responden yang menjawab sering mendapatkan infaq, sedangkan yang menjawab kadang-kadang terdapat 5 orang atau 42% responden, dan yang menjawab tidak pernah tidak terdapat responden. Dengan demikian, dapat digeneralisasikan bahwa responden yang menjawab sering menerimah lebih banyak populasinya daripada yang menjawab kadang-kadang.

Akumulasi data tentang penerapan konsep pendidikan Islam terhadap pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan ZIS
No.
Akumulasi Data Menurut Tabel
Persentase Menurut Kategori

Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah

1
Data pada tabel 1
16
42
42

2
Data pada tabel 2
91
-
9

3
Data pada tabel 3
50
50
-

4
Data pada tabel 4
58
42
-                                                                                                                                                                                                         

Rata-rata (%)
215
=53,75%
134
=33,5%
51
=12,75%

            Berdasarkan data pada tabel di atas terdapat responden memilih kategori sering (53,75%), kadang-kadang (33,5%) sedangkan yang menjawab tidak pernah (12,75%) responden. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa keluarga miskin pada umunya mendapatkan zakat, infaq dan shadaqah dari keluarga yang kategori berada/kaya dengan melihat persentase kategori sering berjumlah 53% sehingga dapat di generalisasikan bahwa konsep pendidikan Islam di di inplementasikan dengan baik di Kelurahan Balakia Kecamatan Sijai Barat Kabupaten Sinjai.



[1]Mansur, N. Wawancara Responden  2/7/ 2010.
[2]H.A. Rahman Getteng, Pendidikan Islam dalam Pembangunan (Ujung Psandang:Yayasan Al-Ahkam, 1007), h. 25.
[3]Responden keluarga Berada. Wawancara pada Tanggal 1 Juli 2010
[4]Karaeng Baco, Seorang Pengusaha Kopi, Wawancara di Bungaya, Tanggal  28 Juni 2010
[5]Rampe. Seorang Petani Padi dan pengusaha Empan. Wawancara di Siria. pada Tanggal 1 Juli 2010
[6]Agus, Seorang Petani Tergolong Keluarga Miskin, wawancara di Siria, tanggal 29 Juni 2010