Kamis, 15 Desember 2011


DRAFT PENELITIAN
Nama                       :    Muhammad Arif
NIM                         :    20301107025
Fak/Jur                    :    Tarbiyah dan Keguruan/MPI 
Judul Skripsi          :    Penerepan Konsep pendidikan Islam Terhadap  Pengentasan Kemiskinan di Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
 

A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan problema ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup masyarakat. Oleh karena itu, Islam yang merupakan agama yang peduli terhadap persaudaraan umat yang mendidik manusia agar yang kaya peduli terhadap kaum miskin.
Pada dasarnya, Islam mewajibkan semua orang yang berada (memiliki harta) yang cukup nizab dan haulnya wajib menyantuni orang-orang miskin, sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Dalam Al-Qur’an  surah Al-Attaubah  ayat 103:
õè{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkŽÏj.tè?ur $pkÍ5
Terjemahannya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan diri mereka.[1]

Melalui dari ayat diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa orang yang memiliki harta yang cukup nizab dan haulnya, maka didalamnya terdapat hak orang-orang  miskin.
Kemiskinan merupakan problema ekonomi secara umum telah menduduki tempat yang luas dalam alam pikiran dan perasaan manusia, Karena itu kemiskinan merupakan salah satu masalah yang berat dan kompleks yang dihadapi oleh manusia, yang tampaknya persoalan ini secara nyata memberikan problema sosial. Oleh karena kemiskinan dapat mengecam jiwa manusia dan menyangkut keselamatan manusia diakibatkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar bagi kehidupan yang layak dan kelangsungan hidup dari beratus jiwa orang, baik secara individu maupun masyarakat secara keseluruhan[2].
Kemiskinan pada dasarnya adalah tanggung jawab bersama, tidah hanya tanggung jawab sebagai orang beragama tapi juga merupakan tanggung jawab Negara. Oleh karena itu, dalam keputusan presiden BAB II pasal 4 Komite Penanggulangan kemiskinan melakukan langkah-langkah konkrit untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin di seluruh wilayah negara Republik Indonesia, melalui :
a.      pemberdayaan dan pengembangan kemampuan manusia yang berkaitandengan aspek pendidikan kesehatan, dan perbaikan kebutuhan dasar tertentu lainnya;
b.      pemberdayaan dan pengembangan kemampuan manusia berkaitan dengan perbaikan aspek lingkungan, pemukiman, perumahan, dan prasarana pendukungnya;
c.      pemberdayaan dan pengembangan kemampuan manusia yang berkaitan dengan aspek usaha, lapangan kerja, dan lain-lain yang dapat meningkatkan pendapatan.[3]
Pendidikan  Islam pada dasarnya adalah merupakan upaya pembinaan dan pengembangan potensi manusia agar tujuan kehadirannya di dunia ini sebagai hamba Allah dan sekaligus khalifah Allah tercapai sebaik mungkin. Potensi yang dimaksud meliputi potensi jasmaniah dan rohaniah seperti akal, perasaan, kehendak dan aspek rohaniah lainnya. Dalam wujudnya, pendidikan Islam dapat menjadi upaya umat secara bersama, atau upaya lembaga kemasyarakatan yang memberikan jasa pendidikan bahkan dapat pula menjadi usaha manusia itu sendiri untuk mendidik dirinya sendiri. Ruang lingkup pendidikan Islam meliputi keseluruhan ajaran Islam yang terpadu dalam keimanan (akidah) serta ibadah dan muamalah yang implikasinya mempengaruhi proses berfikir, merasa berbuat dan terbentuknya kepribadian yang pada gilirannya terwujud dalam akhlak al-karimah sebagai wujud manusia muslim.[4]
Melalui dari pendidikan Islam dan pembinaan umat, maka ajaran Islamlah yang paling tepat dalam memberikan Pendidikan kepada umatnya agar orang-orang yang memiliki kemampuan (harta yang cukup) agar peduli  terhadap kaum Muslim lainya yang lemah ekonominya. Namun, penomena yang menarik yaitu menurunnya tingkat kemiskinan di Kelurahan Balakia dari 30% pada tahun 2008 dan pada tahun 2010 menjadi 24% berdasarkan data dari P2KP. kelurahan Balakia.[5] Oleh karena itu, penulis  tertarik mengkaji problema yang terjadi dikalangan masyarakat Balakia, apakah pendidikan Islam dalam hal pemberdayaan zakat mal sebagai pengentasan kemiskinan diterapkan atau tidak. sebab terjadi penurunan jumlah populasi keluarga miskin.
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis hendak meneliti dan membahas tentang “Penerapan Konsep Pendidikan Islam terhadap pengentasan Kemiskinan” dengan mengambil lokasi di Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, pendidikan Islam yang mencakup seluruh yang berbentuk ajaran dan perintah, maka zakat mal adalah salah satu diantara ajaran Islam untuk menanggulangi kemiskinan yang terjadi dikalangan masyarakat Muslim,  maka dari itu penulis dapat merumuskan masalah yang menjadi pembahasan dalam skripsi ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai?
2.      Bagaimana konsep pendidikan Islam terhadap pengentasan kemiskinan?
3.      Bagaimana penerapan konsep pendidikan Islam melalui pemberdayaan zakat mal sebagai pengentasan kemiskinan di Kelurahan Balakia?
C. Pengertian Judul dan Definisi Operasional
Di dalam mengemukakan pengertian judul skripsi ini, terlebih dahulu penulis uraikan pengertian terhadap kata-kata yang dianggap penting untuk menjaga kesimpang siuran di dalam memahami pengertian judul tersebut, kata-kata yang dimaksud adalah:
1.      Pengertian konsep, yaitu rencana yang dituangkan, tersedia, atau terumus.[6]
2.      Pendidikan Islam itu sendiri berasal dari bahasa Arab disebut “Al-Tarbiyah al-Islam yaitu mendidik, mengarahkan dan memelihara, jadi pendidikan Islam merupakan pengenalan yang ditanamkan kedalam diri manusia untuk membimbing kearah pemanusian manusia sesuai tuntunan Al-qur’an dan Al- hadits.[7]
Jadi konsep pendidikan Islam yang penulis maksud adalah konsep pendidikan Islam yang merupakan landasan utama untuk dijadikan pedoman dan pembimbing memerangi problematika kehidupan dengan pemberdayaan zakat mal di kelurahan Balakia.
3.      Pengentasan adalah upaya yang yang dilakukan secara konsisten menanggulangi.
4.      Sedangkan kemiskinan, berasal dari kata faqru (kemiskinan), menurut bahasa, maknanya adalah ihtiyaj (membutuhkan). Bila dinyatakan dengan : faqara wal iftaqara lawan kata dari istaghna (tidak membutuhkan, atau kaya). Kata faqru adalah bentuk mashdar, lawan dari ghaniyu. Hal itu, karena seseorang bisa saja membutuhkan sesuatu sementara dia tidak memiliki sesuatu yang dibutuhkan.[8]
Pengentasan kemiskinan adalah upaya yang dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan yang terjadi.
 Dengan demikian, penerapan konsep pendidikan Islam terhadap pengentasan kemiskinan adalah upaya pendidikan Islam yang dilakukan secara konsisten memerangi problematika kemanusiaan akibat karena tidak cukupnya kebutuhan mendasar. Namun, yang penulis maksud disini adalah pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan zakat mal, yaitu zakat yang dikeluarkan oleh setiap umat Islam yang berada (memiliki harta) yang cukup nisab dan haulnya untuk disalurkan kepada kaum miskin sesuai dengan kondisi dan kebutuhan  masyarakat Kelurahan Balakia.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a.      Untuk mengetahui kondisi  ekonomi masyarakat Kelurahan Balakia kecamatan Sinjai Barat
b.      Untuk mengetahui konsep pendidikan Islam terhadap pengentasan kemiskinan
c.      Untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan Islam melalui pemberdayaan zakat mal sebagai upaya pengentasan kemiskinan di Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
2. Kegunaan Penelitian
a. Untuk menjadi pelajaran khususnya dalam mengatasi problema hidup manusia mengenai penerapan kensep pendidikan Islam dalam mengatasi kemiskinan.
b. Sebagai suatu karya ilmiah, skripsi ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran yang signifikan di kalangan para pemikir dan intelektual sehingga semakin menambah khazanah ilmu pengetahuan keagamaan, disamping itu tulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk para peneliti dalam studi penelitian yang sama.
E. Tinjauan Pustaka
1.      Konsep Pendidikan Islam terhadap pengatasan Kemiskinan
Eksistensi masyarakat religius dapat dipertahankan, bila nama warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan nilai-nilai budaya yang didasarkan kepada konsep agama Islam. Pengetahuan dan nilai-nilai budaya baru dapat dimiliki, bilamana semua warga masyarakat mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Dengan pendidikan itulah masyarakat diharapkan dapat mempertahankan eksistensinya, sebagai warga negara beragama yang baik dan dapat mempertahankan hidupnya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Bani Israi ayat 36 yaitu:
Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4
Terjemahnya:
“Janganlah engkau berhenti (tidak menuntut ilmu) apa saja yang belum kamu miliki…”[9] 

Melalui ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan merupakan sarana untuk membimbing kearah yang lebih dewasa dalam menjawab tantangan zaman, oleh karena pengetahuan dan pendidikan Islam akan lebih mengarahkan untuk memahami  hakikat manusia sebagai mahkluk sosial, beriman kepada Allah dan tidak menjadi orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri (kikir). Firman Allah dalam Al- Qur,an Surah al-Baqarah ayat 268 menggambarkan sebagai berikut:
ß`»sÜø¤±9$# ãNä.ßÏètƒ tø)xÿø9$# Nà2ããBù'tƒur Ïä!$t±ósxÿø9$$Î/ ( ª!$#ur Nä.ßÏètƒ ZotÏÿøó¨B çm÷ZÏiB WxôÒsùur
Terjemahannya:

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunianya…”[10]

Semua manusia bila ingin memiliki posisi baik dan terhormat, harus mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan profesinya masing-masing. Untuk memperoleh tempat yang baik disisi Allah juga harus mempunyai ilmu yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.[11]
Menurut Jalaluddun Rahmat, bahwa terjadinya kemiskinan dikalangan masyarakat dapat dikarenakan kecenrungannya sebahagian masyarakat untuk tidak memuliakan anak yatim, tidak adanya usaha membela orang miskin, kecendrungan menggunakan sumber-sumber daya secara rakus dan kecintaan terhadap harta benda secara berlebihan.[12]
Islam telah menjadikan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer serta mengusahakannya untuk orang yang tidak bisa memperolehnya adalah fardhu. Apabila kebutuhan-kebutuhan primer tersebut bisa dipenuhi sendiri oleh seseorang, maka pemenuhan tersebut menjadi kewajibannya. Namun, apabila orang tersebut tidak bisa memenuhinya sendiri, karena tidak mempunyai harta yang cukup karena tidak memperoleh harta yang cukup, maka syara’ telah menjadikan orang tersebut wajib ditolong oleh orang lain, sehingga bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan primernya.[13]
Islam dalam hal ini bahkan telah merinci tata cara untuk membantu orang semacam ini. Islam, pertama kalinya mewajibkan kepada kerabat terdekat yang memiliki hubungan darah.
Fenomena miskin dan kaya adalah salah satu tanda kekuasaan Allah SWT. kedua hal ini berjalan saling beriringan dan saling membutuhkan satu sama lain. Meskipun keduanya berbeda dan memiliki karakteristik yang berlainan, namun keduanya saling berdekatan dan saling berjauhan.
Dari kedua sikap itu kemudian terwujud kehidupan yang subur dalam kekeringan dan kering dalam kesuburan, manis dalam kepahitan dan pahit dalam kemanisan. Allah SWT. berkehendak menjadikan keduanya sebagai suatu peran yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Dan Allah SWT. juga telah memberikan ukuran-ukuran bagi kedua hal itu yang tidak dapat ditinggalkan oleh manusia.
Namun, dari kedua hal itu yang pertama kali ada dalam kehidupan ini adalah kefakiran. Allah SWT telah menciptakan Adam dalam kefakiran, tidak diketahui suatu apapun, dan setelah itu Allah SWT. membuatnya kaya, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 31 yaitu:
وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَآءَ كُلَّهَا
Terjemahnya:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya…[14]

Kemudian, datang Nabi Muhammad SAW. kedalam kehidupan ini, dalam keadaan fakir, dan selanjutnya Allah SAW. membuatnya kaya, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S Ad-Dhuha (93):8
وَوَجَدَكَ عَآئِلاً فَأَغْنى
Terjemahnya:
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.[15]

Mujahid mengatakan bahwa miskin adalah orang-orang yang tidak bisa dimintai apa-apa,[16] orang fakir adalah orang yang memiliki sedikit bahan makanan untuk hidupnya. Seorang miskin mempunyai kondisi yang lebih baik dibanding orang fakir. Ini satu pendapat, karena Allah SWT. berfirman dalam Q.S Al-Qahfi (18):79
$¨Br& èpoYÏÿ¡¡9$# ôMtR%s3sù tûüÅ3»|¡yJÏ9

Terjemahnya:
“Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin…[17]
Atas dasar uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa kemuliaan dan kehinaan manusia bukan disebabkan oleh ada dan tidaknya harta benda yang dimiliki. Harta benda adalah sarana yang netral, bukan penentu kebaikan atau kejelekan manusia.
2. Problema Kemiskinan
Kemiskinan pada umumnya senantiasa melanda kaum petani dan pekerja dominan hanya mengandalkan otot dibanding otaknya sehingga menjadi kekuatan bagi mereka yang pintar dan kuat ekonominya sehingga produksi yang dihasilkan oleh masyarakat yang lemah menjadi komoditi besar bagi golongan pengusaha besar dan kaya. Pendidikan memiliki beban untuk memberikan sumbangsi dan strategi dalam mengatasi kemiskinan, dengan menggunakan metode kombinasi ilmu pendidikan, ilmu kemunikasi, dan ilmu dakwah.[18] Oleh karena itu pengertian kemiskinan identik dengan kekurangan dari segala macam kebutuhan hidup yang cukup minimum.
Para ahli ilmu sosial berpendapat bahwa sebab utama yang melahirkan kemiskinan adalah sistem ekonomi yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, tetapi kemiskinan itu sendiri bukanlah suatu gejala yang terwujud semata-mata hanya karena sistem ekonomi. Dalam kenyataannya, kemiskinan merupakan perwujudan dari interaksi yang melibatkan hampir semua aspek yang dimiliki manusia dalam kehidupannya.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa sebab-sebab terjadinya kemiskinan terkait dengan model interaksi antara manusia dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya, dengan alam dan dengan kondisi masyarakat.
a.      Keadaan alam
Berkaitan dengan keadaan alam ini, Al-Qur’an menyatakan bahwa alam semesta ini ditundukkan kepada manusia sebagaimana terdapat dalam Q.S. Al-Jatsiyah ayat 13. yang artinya:
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”.[19]
Berpijak pada ayat ini dapat dinyatakan bahwa alam semesta ini merupakan suatu sumber daya yang siap didayagunakan untuk berbagai kepentingan manusia. Dengan catatan, karena Allah menundukkan alam tersebut, maka pola interaksi manusia dengan harus diletakkan pada prinsip-prinsip yang sejalan dengan norma-norma ketuhanan. Konsekuensi logisnya adalah bahwa selain Allah, manusia harus terbebaskan dari semua bentuk penundukan diri, termasuk juga penundukan diri kepada alam.
Disisi lain, keadaan alam yang kurang kondusif bagi terciptanya kesejahteraan manusia dapat pula merupakan suatu cobaan yang diberikan oleh Tuhan.
b. Kondisi manusia sendiri
Seperti diketahui dalam kehidupan modern, salah satu prinsip yang melandasi kemajuan di berbagai bidang adalam prinsip efisiensi. Prinsip ini terutama berpangkal pada pemanfaatan waktu sebaik-baiknya. Dengan kata lain, terdapat keselarasan antara kehidupan modern Al-Qur’an dengan hal sama-sama menaruh respek optimal terhadap waktu.
Kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dapat disebabkan oleh adanya keyakinan bahwa kaya atau miskin sudah ditentukan Tuhan atau kepercayaan fatalistic.
c. Pendidikan
Seperti pada aspek lain, maka masalah pendidikan, tingkat pendidikan yang rendah dapat di tentukan secara ilmiah atau secara objektif seperti pada mengukur jumlah kalori yang dibutuhkan, pada umumnya yang menjadi objek pembahasan adalah mengatasi buta huruf pada orang-orang dewasa.
F. Metode Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Dalam kegiatan penelitian, penentuan objek penelitian sangatlah penting. Objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan datanya namun dalam kegiatan penelitian untuk menjangkau keseluruhan dari objek tersebut tidak mungkin dilakukan untuk mengatasinya digunakan sampel untuk mendapatkan dan mengumpulkan karakteristik yang berbeda pada populasi.
Untuk lebih jelasnya, penulis akan menguraikan pengertian populasi dan sampel yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
a) Populasi
Menurut Ine Amirman Yousda populasi adalah “keseluruhan objek yang diteliti baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi”.[20] Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa “populasi adalah keseluruhan objek penelitian.”[21]
Sehubungan dengan hal ini maka Hermanto Warsito mengatakan “populasi adalah sekumpulan unsur-unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian dan elemen populasi itu merupakan suatu analisis”.[22]
P. Joko Subagyo mengemukakan bahwa “Populasi adalah objek penelitian sebagian untuk mendapatkan dan mengumpulkan data.”[23]
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah semua elemen atau unsur yang ada dalam wilayah penelitian baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi sebagai sarana untuk mendapatkan dan mengumpulkan data.
Populasi penelitian yang dimaksud adalah seluruh keluarga yang tergolong miskin yaitu 120 kepala keluarga, dari jumlah keseluruhan 500 Kepala keluarga di kelurahan balakia.




Tabel populasi kepala keluarga kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat
No
Lingkungan
RT
Jumlah KK  Jumlah KK
                          Miskin                                       
1
Siria
1dan 2
      130                      31
2
Bungaya
1 dan 2
      127                      23
3
Balang balang
1, 2 dan 3
      139                     36
4
Sumpan Romang
1 dan 2
      104                     30
Jumlah
      500                    120

b) Sampel
Bila seseorang berkeinginan meneliti sebagian dari objek penelitian maka dapat menggunakan sampel jika lebih dari 100 jumlah populasi yang akan diteliti. Sebelum penulis menentukan sampel terlebih dahulu harus dipahami pengertian sampel itu sendiri.
Sampel yaitu suatu metode yang dipergunakan oleh penulis dalam mengambil wakil populasi.
Menurut Suharsimi Arikunto, apabila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, jika subjeknya besar dapat diambil  antara 10-15% atau 20-25%. Jumlah populasi kepala keluarga miskin sebanyak 120 orang, jadi penulis dapat mengambil sampel 20% atau 24 kepala keluarga.

Left-Right Arrow: sampelOval:                
              

              Left-Right Arrow: PopulasiSampel Random
                                   120                                      =20% (24)
                                     Pengambilan sampel secara acak

2. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam kegiatan penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting yang diperhatikan oleh peneliti. Penggunaan teknik pengumpulan data ini sifatnya disesuaikan pada analisis dan kemampuan penulis itu sendiri. dalam prosedur pengumpulan data ini penelitian melalui beberapa tahapan-tahapan yaitu sebagai berikut:
a) Tahap persiapan
Pada tahap persiapan penelitian menyusun instrumen penelitian yang akan dipakai dalam penelitian di lapangan, kemudian peneliti menentukan objek penelitian serta tujuan yang hendak dicapai. Kegiatan lain dalam tahap persiapan ini adalah upaya untuk mendapatkan kajian kepustakaan penyusunan rencana peneliti.
b) Tahap Pengumpulan Data
Setelah melakukan studi untuk memperoleh pemikiran awal, penulis langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu field research (penelitian lapangan).
Field research yaitu mengumpulkan data langsung dari sumbernya, pada masyarakat Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
a)     Angket yang digunakan pada penelitian ini ada angket tertutup di mana responden memilih alternatif jawaban yang telah disediakan mengenai jumlah angket yang penulis edarkan sebanyak 24 lembar berdasarkan sampel yang diambil .
b)     Wawancara adalah mengadakan tanya jawab secara langsung terhadap responden, sehingga memperoleh data yang lengkap
c)     Observasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengamati secara langsung objek yang akan diteliti dan mencatatnya secara cermat.
d)     Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang didokumentasikan oleh instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Instrumen Penelitian
Dalam hal mengakuratkan data penelitian, penulis menggunakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yang dapat menguji atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan”.[24] Adapun yang menjadi pedoman instrumen penelitian ini yaitu:
a. Observasi
pedoman observasi  digunakan untuk mendapatkan data tentang kondisi ekonomi  masyarakat, dengan mengamati secara langsung situasi sebenarnya yang terjadi di Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten sinjai.
b.   Angket
Angket/kuesioner digunakan untuk pengumpulan data dalam teknik komunikasi tidak langsung dengan menyiapkan daftar pertanyaan yang disediakan dan dijawab oleh responden secara nyata. Angket ini diberikan kepada responden untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan Islam terhadap pengentasan kemiskinan di Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
c.   Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulan data dengan  memperoleh langsung dari sumbernya melalui tanya jawab mengenai penerapan konsep pendidikan Islam melalui pemberdayaan zakat mal sebagai upaya pengentasan kemiskinan di Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
d.   Dokumentasi
Dokumentasi yaitu peneliti menyelidiki catatan tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, catatan harian, dan sebagainya. Dalam pengumpulan data ini digunakan untuk mengetahui masyarakat yang tergolong miskin di kelurahan Balakia dan penerapan kensep pendidikan Islam utamanya pada pemberdayaan zakat mal sebagai pengentasan kemiskinan.
4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan objek penelitian ini dengan data yang bersifat kuantitatif. Dalam menganalisa data yagn diperoleh dengan menentukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tabulasi frekuensi berdasarkan hasil penelitian
b) Menentukan persentase hasil penelitian dan rumus sebagai berikut:
P = x 100% 
Ket. F = Frekuensi hasil penelitian
         N = Jumlah sampel
        P = Angka Persentase



KERANGKA ISI

BAB   I      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Rumusan Masalah
C.     Pengertian Judul dan Definisi Operasional
D.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
E.     Garis Besar Isi Skripsi
BAB  II     TINJAUAN PUSTAKA
A.    Konsep pendidikan Islam
B.     Problema Kemiskinan
C.     Konsep Pendidikan Islam terhadap Pengentasan Kemiskinan
BAB  III    METODE PENELITIAN
A.    Populasi dan Sampel
B.     Metode Pengumpulan Data
C.     Instrumen Penelitian
D.    Teknik Analisis Data
BAB  IV    HASIL PENELITIAN
A.      Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B.       Kondisi Ekonomi Masyarakat Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
C.       Penerapan Konsep Pendidikan Islam di Kelurahan Balakia
D.      Penerapan Konsep Pendidikan Islam Melalui Pemberdayaan Zakat Mal  Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan di Kelurahan Balakia Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai
BAB   V    PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Implikasi Penelitian
C.     Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP


DAFTAR PUSTAKA
Aedy, hasan, H. Indahnya Ekonomi Islam. Bandung: Cet. I; CV Alfabeta, 2007
Arifin. M, ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Cet. III; PT. Bumi Aksara, 2008
An-Nabhani, Taqyuddin. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam. Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
Amaluddin, moh. Kemiskinan dan Polrasi Sesial. Jakarta Cet. I; UI Pers, 1987
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: PN. Rineka Cipta, 1991.
Chaniago, YS Amran Kamus Bahasa Indonesia bandung: CV Pustaka Setia, 1995
Dkk, dwianto, Agus. Kemiskinan & otonomi daerah. Jakarta; lipi perss, 2005
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: CV. Jaya Sakti, 1997.
Getteng, Abdurrahman. Pendidikan Islam dalam Pendidikan. Ujung Pandang: Yayasan al-Ahkam, 1997.
Hasbullah, Dasar-Dasar pendidikan. Jakarta Cet. V : PT raja Grafindo persada, 2006
Imam, Bawani. Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam. Cet. I; Surabaya: Usana Offset Printing, 1993.
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Marimba, Ahmad, D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.  Bandung: Al-Ma’arif, 1986.
Moh. Syaifullah al-Azis. Menuju Masyarakat Madani. Surabaya: Terbit Terang, t.th.
Razak, Nasaruddin. Dienul Islam. Bandung: Cet. VII; PT. Al-Maarif, 1984.
Rahman, fsalur. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta Cet. II; PT Dana Bhakti Wakaf, 1995
Rr. Suhartini. Dkk. Model- Model Pemberdayaan Masyarakat  yogyakarta; pustaka Psantren: 2005.
Sanusi, Ahmad. Agama ditengah Kemiskinan. Jakarta: Cet. I; PT Logos Wacana  Ilmu. 1999
Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam Cet. III; Bandung:  CV Pustaka Setia, Bandung, 1996
Marhaban. Opini Kemiskinan ( Opini) _Marhaban_Ekonomi-Islam Htm. 20 Maret 2010


[1]Departemen Agama RI  Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Surabaya: CV Toha Putra 1989 ), h 297
 [2]Marhaban. Kemiskinan /( Opini) Opini_Marhaban_Ekonomi-Islam Htm. ( 20 Maret 2010)
[3] Keputusan presiden BAB 4 No124 tahun 2001 html. (3 Mei 2010)
[4]H.A. Rahman Getteng, Pendidikan Islam dalam Pembangunan (Ujung Psandang:Yayasan Al-Ahkam, 1007), h. 25.
                [5] Data survei P2KP Kelurahan Balakia 2009/2010
[6]Amran CYS haniago,  Kamus Bahasa Indonesia bandung: CV Pustaka Setia, 1995

[7] Nur Uhbiyati Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Cet. III; (Bandung Pustaka Satia 1996), h.12
[8]Taqiuddin An-Nabhani, Membangun sistem Ekonomi Alternatif, Perspektif Islam (Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 228.
[9]Departemen Agama RI  Ibit, h. 56.
[10]Departemen Agama RI., op. cit., h. 42.
[11]Moh. Syaifullah al-Azis, Menuju Masyarakat Madani (Surabaya: Terbit Terang, t.th.),          h. 296.
[12] Ahmad sanusi, Agama ditengah Kemiskinan. (Jakarta: Cet. I , PT. Logos wacana ilmu, 1999)
[13]Taqyuddin an-Nabhani, op. cit., h. 230 – 231.
[14]Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: CV. Jaya Sakti, 1997),  h.1
[15]Ibid., h. 1070.
[16]Taqjuddin an-Nabhani, op. cit., h. 228
[17]Departemen Agama RI., op. cit., h. 456.
                [18] Rr. Suhartini. Dkk. Model- Model Pemberdayaan Masyarakat  yogyakarta; pustaka Psantren: 2005. h.344
[19]Departemen Agama RI., op. cit., h. 816.
[20]Ine Amirman Yousda dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Penelitian (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 138.
[21]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Cet. XI; Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 115.
[22]Hermanto Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998),       h. 49.
[23]P. Joko Subagyo, Elemen Metodologi Penelitian (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 23.
[24]M. Subhana, dkk, Statistika Pendidikan (Cet. I; Bandung: Putaka Setia, 2000), h. 30.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar